Jakarta, VIVA – Survei Green Impact Gap yang dilakukan oleh Schneider Electric mengungkapkan bahwa hampir setengah dari bisnis di Indonesia belum memiliki strategi keberlanjutan yang komprehensif.
Survei ini melibatkan 4.500 pemimpin bisnis dari sembilan negara di Asia, termasuk Indonesia, untuk memahami sejauh mana perusahaan-perusahaan menerapkan praktik keberlanjutan dalam operasional mereka.
Menurut hasil survei, 98% bisnis di Indonesia menyatakan memiliki tujuan keberlanjutan, namun hanya 51% yang memiliki strategi keberlanjutan yang jelas dan komprehensif.
Sementara itu, 47% perusahaan masih belum memiliki strategi yang terdefinisi untuk mencapai tujuan keberlanjutan. Angka ini sedikit membaik dibandingkan tahun 2023, ketika 49% perusahaan belum memiliki strategi keberlanjutan.
Meski terjadi peningkatan sebesar 2%, Indonesia masih jauh dari target ambisiusnya untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2060.
Pemerintah Indonesia sendiri telah mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mendorong keberlanjutan, termasuk Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2023-2026 yang disusun oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). RUKN bertujuan untuk memberikan arahan kebijakan bagi pengembangan sektor ketenagalistrikan nasional.
Selain itu, Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2024-2033 yang disusun oleh PLN dan ESDM juga dihadirkan untuk mengatur proyeksi kebutuhan listrik nasional, pengembangan kapasitas pembangkit, serta kebijakan terkait sumber energi dan distribusi listrik selama dekade mendatang.
Geraldi Tjhin dan Martin Setiawan
Photo :
- VIVA/Ainuni Rahmita
Dalam rangka mendukung perusahaan mencapai keberlanjutan, Schneider Electric menawarkan layanan konsultasi audit energi yaitu EcoConsult Energy Efficiency.
Melalui layanan ini, perusahaan-perusahaan di Indonesia dapat memperoleh wawasan berbasis data terkait konsumsi energi operasional mereka dan mengambil langkah-langkah efektif untuk mengoptimalkan penggunaan energi serta mengurangi pemborosan.
“Schneider Electric ingin membantu para pelaku bisnis Indonesia untuk mengakselerasi aksi keberlanjutannya, khususnya dalam upaya dekarbonisasi. Kami menawarkan solusi terintegrasi, mulai dari konsultasi dalam pemetaan masalah dan pembuatan rencana aksi, hingga implementasi solusi digital dan otomasi yang mendukung tujuan keberlanjutan,” ujar Martin Setiawan, Cluster President Schneider Electric Indonesia & Timor Leste, Kamis (7/11/2024) di Jakarta.
Dengan adopsi teknologi yang lebih efektif dan efisien, perusahaan di Indonesia diharapkan dapat mempercepat langkah menuju net zero emission, sejalan dengan misi keberlanjutan yang ditetapkan pemerintah.
Halaman Selanjutnya
Source : VIVA/Ainuni Rahmita