Jakarta, VIVA – Pendiri Bridgewater Associates sekaligus miliarder dunia, Ray Dalio, mewanti-wanti bahaya membengkaknya utang yang dapat mendorong sebuah negaa ke jurang kebangkrutan. Hal ini diungkap langsung oleh Dalio menyoroti utang nasional Amerika Serikat (AS) yang menembus nominal US$38.019.813.354.700 atau Rp 634.379 triliun (estimasi kurs Rp 16.690 per dolar AS) per Oktober 2025.
Dalam unggahannya di platform X, Dalio mengajak untuk melihat kembali sejarah yang menunjukkan pola berulang. Di mana ketika suatu negara memiliki terlalu banyak utang saat ekonomi melemah maka dapat mempercepat kemerosotan ekonomi dan sosial.
Menurut Dalio, kondisi tersebut biasanya memaksa pemerintah mencetak uang baru untuk membayar utang yang akhirnya menyebabkan inflasi dan pelemahan nilai mata uang. Dampak lanjutannya adalah standar hidup masyarakat menurun, ekstremisme politik meningkat, dan konflik sosial-ekonomi muncul karena perebutan sumber daya yang kian terbatas.
Fenomena tersebut lalu munculnya pemimpin populis yang menjanjikan stabilitas. Kondisi ini terjadi lantaran masyarakat semakin frustrasi dengan kondisi yang memburuk,
Dikutip dari The Economic Times pada Minggu, 9 November 2025, Dalio merinci lima fase kebangkrutan sebuah negara akibat utang berlebihan, yaitu:
- Negara tak mampu lagi meminjam untuk membayar utang.
- Pemerintah mencetak uang baru, memicu inflasi dan pelemahan mata uang.
- Standar hidup turun dan ekstremisme politik meningkat.
- Produktivitas terganggu akibat konflik pembagian sumber daya.
- Pemimpin populis muncul untuk mengembalikan ketertiban.
Peringatan Dalio datang saat utang nasional AS menembus lebih dari US$38 triliun atau setara 324 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), menurut data Departemen Keuangan AS. Ia menyebut situasi ini sebagai tepi jurang keuangan karena pemerintah AS terjebak dalam pengeluaran yang lebih besar daripada pendapatan negara.
"Tahun ini pemerintah akan membelanjakan sekitar US$7 triliun dan akan menerima sekitar US$5 triliun. Jadi, pengeluarannya akan 40 persen lebih banyak daripada yang diterima. Utangnya sekitar enam kali lipat dari jumlah uang yang diterima," jelas Dalio.
Untuk mengatasi krisis yang semakin parah, Dalio merekomendasika untuk menrapkan solusi 3 persen, yaitu menurunkan rasio defisit terhadap PDB dari 6–7 persen menjadi sekitar 3 persen. Langkah ini bisa dicapai melalui kombinasi kenaikan pajak 4 persen dan pengurangan belanja pemerintah 4 persen.
Halaman Selanjutnya
"Hal itu (solusi 3 persen) tidak akan sepenuhnya tercapai tetapi akan memperbaiki dinamika penawaran-permintaan utang yang akan membantu penurunan suku bunga," pungkasnya.

4 weeks ago
14









