Jakarta, VIVA – PT Astra International Tbk mencatat pendapatan bersih sebesar menjadi Rp 330,92 triliun pada tahun 2024. Emiten berkode ASII membukukan kenaikan sebanyak 5 persen secara year on year (yoy) dari tahun sebelumnya Rp 316,56 triliun.
Sejalan dengan kenaikan pendapatan bersih, laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk pada periode tersebut tumbuh hampir 1 persen menjadi Rp 34,05 triliun. Pada periode yang saham tahun sebelumnya, ASII hanya membukukan Rp 33,84 triliun.
Laba bersih tersebut tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina. Apabila memperhitungkan penyesuaian nilai maka laba bersih ASII naik tipis menjadi sebesar Rp 34,1 triliun.
"Grup mencatatkan laba bersih yang solid pada tahun 2024 dengan resiliensi kinerja dari portofolio yang terdiversifikasi, meskipun sentimen konsumen di Indonesia melemah," ujar Presiden Direktur Astra Internasional Djony Bunarto Tjondro dikutip dari website Astra pada Kamis, 27 Februari 2025.
Ilustrasi Pertumbuhan Ekonomi
Photo :
- freepik.com/freepik
Tiga bisnis ASII yang berkontribusi paling tinggi terhadap laba bersih adalah segment alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi sebesar Rp 11,99 triliun. Kemdian unit usaha otomotif menyumbang Rp 11,21 triliun dan jasa keuangan memberikan andil sebanyak Rp 8,35 triliun.
ASII berhasil mempertahankan pangsa pasar sebesar 56 persen meskipun penjualan mobil Astra melemah 14 persen menjadi 483 ribu unit. Berbanding terbalik dengan penjualan sepeda motor oleh PT Astra Honda Motor mencapai 4,9 juta unit atau meningkat 1 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2023.
Lebih lanjut, laba bersih segmen jasa keuangan ASII sukses meningkat 6 persen secara tahunan. Kondisi ini disebabkan peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen dengan portofolio pembiayaan yang meningkat hingga 9 persen menjadi Rp 128,2 triliun.
"Artinya mencerminkan pertumbuhan yang solid pada pembiayaan multiguna dan peningkatan pangsa pasar pembiayaan kendaraan baru," jelas Djony.
Pertumbuhan bisnis pembiayaan konsumen ASII menyebabkan peningkatan utang bersih anak perusahaan di divisi jasa keuangan turut menjadi Rp 60,2 triliun per 31 Desember 2024. Pada akhir tahun lalu, nominalnya masih di angka Rp 52,2 triliun.
"Ke depan, perseroan optimistis dengan prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia didukung neraca keuangan yang solid maka Grup berada dalam posisi yang kuat dalam menavigasi ketidakpastian jangka pendek sekaligus melakukan investasi untuk memperkuat bisnis inti dan terus menjajaki peluang-peluang baru guna mendorong pertumbuhan jangka menengah dan panjang," tutup Djony.
Halaman Selanjutnya
Lebih lanjut, laba bersih segmen jasa keuangan ASII sukses meningkat 6 persen secara tahunan. Kondisi ini disebabkan peningkatan kontribusi dari bisnis pembiayaan konsumen dengan portofolio pembiayaan yang meningkat hingga 9 persen menjadi Rp 128,2 triliun.