Jakarta, VIVA – Setiap tanggal 10 November, masyarakat Indonesia memperingati Hari Pahlawan sebagai bentuk penghormatan kepada para pejuang kemerdekaan. Momen ini menjadi simbol semangat juang dan pengorbanan para pahlawan yang mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Namun, meski memiliki makna historis yang sangat penting, tak sedikit yang bertanya-tanya, mengapa Hari Pahlawan tidak termasuk hari libur nasional atau tanggal merah?
Pertanyaan ini wajar muncul setiap tahun, terlebih ketika tanggal 10 November jatuh di awal pekan. Faktanya, pemerintah menetapkan bahwa Hari Pahlawan adalah hari nasional yang bukan hari libur, dan keputusan ini memiliki dasar hukum yang jelas.
Mengapa Hari Pahlawan Tak Ditetapkan Jadi Hari Libur Nasional?
Ilustrasi pahlawan
Photo :
- http://munawarsmanti.blogspot.com
Keputusan bahwa Hari Pahlawan bukan termasuk hari libur nasional diatur dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 316 Tahun 1959 tentang hari-hari nasional yang bukan hari libur atau tanggal merah. Dalam keputusan tersebut, pemerintah menetapkan beberapa peringatan penting seperti Hari Pahlawan, Hari Ibu, dan Hari Pendidikan Nasional sebagai hari nasional yang diperingati secara resmi tetapi tidak diliburkan.
Tujuan penetapan ini bukan tanpa alasan. Pemerintah ingin agar Hari Pahlawan tidak hanya dipandang sebagai hari untuk beristirahat, melainkan sebagai momentum untuk mengenang perjuangan dan meneladani semangat para pahlawan. Dengan begitu, masyarakat diharapkan tetap bisa beraktivitas sambil memperingati makna penting 10 November.
Bahkan pada tahun 2025, status Hari Pahlawan tetap sama. Berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama 2025, tanggal 10 November tidak tercantum sebagai hari libur nasional maupun cuti bersama.
Sejarah Singkat Hari Pahlawan
Hari Pahlawan sendiri ditetapkan untuk memperingati Pertempuran Surabaya yang terjadi pada tahun 1945, salah satu pertempuran terbesar dalam sejarah Indonesia pasca-Proklamasi Kemerdekaan. Pertempuran ini melibatkan tentara dan milisi Indonesia yang pro-kemerdekaan melawan pasukan Inggris dan Belanda, yang datang kembali setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II.
Pertempuran besar ini berlangsung sekitar tiga minggu, dimulai sejak 10 November 1945. Ribuan rakyat Surabaya dari berbagai kalangan terlibat dalam perjuangan mempertahankan kedaulatan Indonesia.
Halaman Selanjutnya
Selain tokoh legendaris Bung Tomo, perjuangan rakyat Surabaya juga mendapat dorongan dari para ulama dan tokoh agama seperti KH. Hasyim Asy’ari, KH. Wahab Hasbullah, serta para kiai pesantren lainnya yang mengerahkan santri dan masyarakat sipil untuk ikut berjuang.

3 weeks ago
11









