Jakarta, VIVA – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) menargetkan nilai unit usaha bulion atau bisnis emas perseroan mencapai Rp100 triliun pada pada 2030.
Direktur Utama BSI Anggoro Eko Cahyo menilai, terdapat potensi besar investasi emas di Indonesia seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap instrumen investasi syariah yang aman dan mudah diakses.
“Kami (di BSI) ini sekarang total bisnis emas adalah (senilai) Rp17 triliun. Dan kami menargetkan di tahun 2030 akan menjadi Rp100 triliun,” kata Anggoro Eko Cahyo saat ditemui di Jakarta, Rabu.
Dia menuturkan nilai tersebut berasal dari kegiatan usaha jual, beli, gadai, dan cicil emas yang kini menjadi fokus perusahaan.
Sejak peluncuran layanan bank emas (bullion bank) pada Februari 2025, perseroan terus mencatat pertumbuhan bisnis yang signifikan. Anggoro menyampaikan per hari ini, total tabungan emas BSI mencapai 1,1 ton dengan jumlah nasabah lebih dari 200 ribu orang.
Menurutnya, pencapaian tersebut menunjukkan minat masyarakat yang tinggi terhadap investasi emas berbasis syariah.
Tabung emas di bank.
Photo :
- http://semarang.olx.co.id
Ia mengatakan hal tersebut karena emas mudah untuk digadaikan kapan pun nasabah membutuhkan dana, dan juga mudah untuk dicicil saat nasabah ingin membelinya.
Selain itu, harga emas juga cenderung terus naik, bahkan pagi ini harga emas batangan PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menembus Rp2.296.000 per gram.
“Saya rasa (usaha bulion) ini hal yang sangat baik ya. Karena apa? Karena itu menjadikan orang sekarang punya investasi yang aman dan tentu saja mudah bagi mereka,” ujarnya.
Tidak hanya usaha bulion berbasis syariah, BSI juga fokus mengembangkan ekosistem ekonomi syariah (sharia/Islamic economy ecosystem) di seluruh sektor halal, termasuk makanan dan minuman, fesyen, serta travel.
“(Pelaksanaan) haji, umrah, dan juga Islamic ecosystem (lainnya) ya, (termasuk) industri halal food, fashion halal, travel umroh. Itu jadi ekosistem yang memang kami dorong juga,” ujar Anggoro. (Ant)
Pebisnis Siap-Siap! Inovasi Jadi Senjata Utama Hadapi 2026
Pakar menilai inovasi akan jadi kunci daya saing bisnis 2026. Trend Maker Summit 2025 soroti tren global dan peluang merek lokal untuk bertahan.
VIVA.co.id
2 Oktober 2025

3 weeks ago
10









