Jakarta, VIVA – Kebuntuan politik di Amerika Serikat (AS) tampaknya mulai mencapai titik jenuh. Setelah lebih dari sebulan pemerintahan federal lumpuh akibat penutupan anggaran atau government shutdown, ekonomi AS kini merasakan dampaknya secara nyata.
Pada Minggu, 9 November 2025, Senat AS dikabarkan sepakat untuk meloloskan rancangan undang-undang pendanaan darurat guna mengakhiri shutdown yang telah berlangsung selama 40 hari.
Menurut sumber yang mengetahui pembahasan tersebut, delapan anggota Senat Demokrat disebut siap memberikan suara untuk mendukung rancangan itu. “Kami berencana memberikan suara hari ini,” ujar John Thune, Pemimpin Mayoritas Senat, dikutip dari CBS News.
Meski demikian, belum ada waktu pasti untuk pelaksanaan pemungutan suara tersebut. Namun, sebelum keputusan diambil, kerugian akibat shutdown sudah terlanjur meluas di berbagai sektor.
Berikut informasi selengkapnya sebagaimana dilansir dari CBS News, senin, 10 November 2025.
Ekonomi AS Terpukul Rp265 Triliun per Pekan
Ilustrasi Ekonomi Amerika Serikat
Laporan CBS News menyebutkan, pembicaraan lintas partai untuk mengakhiri shutdown masih terhambat. Dampaknya, tekanan terhadap ekonomi nasional meningkat tajam dari minggu ke minggu.
“Bahkan jika pemerintah dibuka kembali dalam beberapa minggu mendatang, Anda akan melihat kehilangan aktivitas ekonomi yang terlihat dan permanen akibat penutupan ini,” kata Greg Daco, kepala ekonom di firma konsultan EY-Parthenon.
Perkiraan kerugian ekonomi mencapai antara US$7 miliar hingga US$16 miliar per pekan, atau setara Rp116,2 triliun hingga Rp265,6 triliun. Sementara itu, Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih memperkirakan kerugian mingguan mencapai US$15 miliar atau sekitar Rp249 triliun.
Survei CBS News menunjukkan 54 persen warga AS “sangat khawatir” terhadap dampak shutdown terhadap perekonomian nasional.
Ratusan Ribu Pegawai Tanpa Gaji
Selama penutupan ini, ratusan ribu pegawai federal tidak menerima gaji. Banyak dari mereka terpaksa mengambil pinjaman atau pekerjaan tambahan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Pusat Kebijakan Bipartisan memperkirakan sekitar 670.000 pegawai federal dirumahkan, sementara 730.000 lainnya bekerja tanpa bayaran.
Menurut Kantor Anggaran Kongres (CBO), pengurangan jam kerja pegawai federal dapat menimbulkan kerugian ekonomi hingga US$14 miliar, setara Rp232,4 triliun, bila shutdown berlanjut sampai libur Thanksgiving.
Halaman Selanjutnya
Meski nantinya gaji akan dibayarkan setelah shutdown berakhir, Mark Zandi, kepala ekonom di Moody’s Analytics, memperingatkan dampak psikologis dan ekonomi bisa bertahan lama karena pekerja mulai menahan belanja.

3 weeks ago
8









