Hasil Studi Ungkap Fakta Penyebab Utama Terhambatnya Pembelian Mobil Baru di Indonesia

2 weeks ago 8

Rabu, 6 November 2024 - 22:37 WIB

Jakarta, VIVA – Kondisi pasar otomotif khususnya pada penjualan kendaraan roda empat saat ini bisa dikatakan sedang tidak baik dengan daya beli konsumen yang menurun. Bahkan, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) melakukan revisi target.

Adapun revisi target tersebut dilakukan terhadap penjualan mobil secara nasional, yang awalnya 1,1 juta unit, saat ini hanya menjadi 850 ribu unit pada 2024.

Tercatat dalam 10 tahun ke belakang, penjualan mobil di dalam negeri berkisar di 1 juta unit per tahunnya. Berkaca dari tahun 2023, penjualan retail kendaraan di tahun tersebut mencapai 998.059 unit, dan ini sudah turun 1,5 persen dibanding 2022 yang mencapai 1.013.582 unit. 

Memasuki tahun 2024 periode Januari-September, penjualan retail masih di 657.223 unit. Iwan Setiawan, CEO MarkPlus Inc dan Marketeers menyampaikan hasil studi riset sejak Agustus lalu perihal kondisi industri otomotif.

Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. dan Marketeers

“Ikatan ekonomi yang menjadi hambatan utama pembelian mobil baru di Indonesia cukup signifikan. Studi kami menunjukkan bahwa 56% konsumen menganggap harga mobil baru terus meningkat di luar kemampuan pendapatan mereka," ujar Iwan Setiawan, CEO MarkPlus, Inc. dan Marketeers dalam acara Automotive Industry Roundtable dengan tema Navigating The Future of The 4W Industry, Rabu 6 November 2024.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan bahwa 50% merasa pajak yang dikenakan terlalu tinggi, sementara 37% menghadapi suku bunga leasing yang memberatkan, dan 26% lainnya lebih memilih mobil bekas dengan harga yang sama. 

"Hal ini menggarisbawahi pentingnya meningkatkan keterjangkauan dan nilai dalam pasar mobil baru untuk menarik minat konsumen,” lanjutnya.

Ia juga mengatakan, tantangan utama yang dihadapi adalah kenaikan harga mobil baru yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan rumah tangga. Serta peningkatan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang mempengaruhi niat pembelian masyarakat melalui pembiayaan kredit kendaraan. 

Pada tahun 2024, harga mobil baru tercatat meningkat 37 persen sejak 2014, sedangkan pendapatan rumah tangga hanya naik sebesar 28 persen dalam periode yang sama. Hal ini menjadikan harga mobil baru lebih tinggi daripada pendapatan tahunan rata-rata rumah tangga, yang menekan daya beli dan menyebabkan konsumen semakin selektif dalam memilih kendaraan.

Tampilan mobil Kijang Innova Zenix Hybrid terbaru

Photo :

  • VIVA Otomotif/Muhammad Thoifur

"Toyota mendominasi segmen hybrid dengan pangsa pasar yang sangat kuat, mencapai 67 persen. Sementara itu, di segmen kendaraan listrik baterai (BEV), Wuling memimpin dengan pangsa pasar sebesar 47 persen. Ini menunjukkan dominasi Toyota di pasar hybrid dan tingginya penerimaan konsumen terhadap Wuling di pasar kendaraan listrik, mencerminkan tren yang menarik dalam preferensi konsumen Indonesia," paparnya.

Selain itu, penyebab lainnya yaitu pajak kendaraan yang dinilai membuat harga meningkat, dan semakin tidak terjangkau. Bunga untuk leasing juga terasa tinggi mengingat mayoritas penjualan kendaraan di Indonesia memang melalui skema kredit.

Di sisi lain, penjualan mobil bekas juga kini menjadi alternatif. Bahkan, banyak konsumen yang menilai dengan dana yang ada untuk membeli mobil baru, namun konsumen bisa mendapatkan yang lebih apabila membeli mobil bekas.

"Penjualan mobil bekas jadi alternatif, jadi lebih baik mobil bekas namun bisa naik kelas," tutupnya.

Halaman Selanjutnya

Ia juga mengatakan, tantangan utama yang dihadapi adalah kenaikan harga mobil baru yang tidak seimbang dengan pertumbuhan pendapatan rumah tangga. Serta peningkatan suku bunga Bank Indonesia (BI) yang mempengaruhi niat pembelian masyarakat melalui pembiayaan kredit kendaraan. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |