Indramayu, VIVA – Calon Bupati Indramayu nomor urut 3, Nina Agustina, terlibat perselisihan dengan warga di salah satu desa di Kecamatan Sukra, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Insiden bermula ketika Nina merasa diadang oleh sekelompok warga saat melintas bersama rombongannya.
Dalam video yang beredar, terlihat Nina marah kepada seorang warga dan menuduhnya menghadang dan mengganggu perjalanan.
"Saya lewat baik-baik, kenapa kamu mencegat saya? Semuanya tadi mengacungkan jari angka dua, ngapain?" ujar Nina dengan nada kesal
Kemarahannya merujuk pada simbol angka dua yang diidentifikasi sebagai dukungan untuk Lucky Hakim, calon bupati nomor urut 2 sekaligus rival politiknya.
Warga yang diamuk Nina membantah bahwa dirinya mengadang, dengan alasan mereka hanya salah menduga bahwa rombongan Nina merupakan Lucky Hakim. Mereka mengklaim hanya mengacungkan dua jari dan meneriakkan nama Lucky Hakim sebagai bentuk dukungan politik.
Ketegangan semakin meningkat ketika beberapa pengawal Nina, yang berbadan tegap, tampak mengelilingi warga tersebut, nyaris memicu perkelahian fisik. Di tengah situasi panas itu, Nina menuding warga tersebut sebagai simpatisan Lucky Hakim yang sengaja membuat keributan.
"Kalau Anda merasa susah sama saya sebagai bupati, saya yang tanggung jawab. Saya akan telepon kapolres, saya dicegat sama orangnya Lucky Hakim," tegas Nina di hadapan warga.
Debat panas Lucky Hakim dan Nina Agustina di Pilkada Indramayu
Photo :
- YouTube/KPU Provinsi Jawa Barat
Di sisi lain, Lucky Hakim yang namanya terseret dalam insiden tersebut memberikan klarifikasi. Menurut Lucky, tindakan mengacungkan jari sesuai nomor urut calon yang didukung adalah hak masyarakat yang berasal dari hati nurani, tanpa adanya arahan atau koordinasi dari pihaknya.
"Yang menggerakkan mungkin hati nurani masyarakat yang ingin ganti bupati. Apakah salah jika ada orang yang mengacungkan dua jari? Salahnya di mana? Kecuali dia melakukan tindakan tidak sopan dalam asas-asas etika," ujar Lucky, dilansir TikTok Ihsan Mahfudz.
Lucky juga menyayangkan adanya tuduhan yang dinilai tidak berdasar dari Nina Agustina, serta meminta agar tidak ada lagi pejabat yang bertindak emosional dan berprasangka buruk tanpa adanya bukti.
"Bayangkan seorang bupati yang tantrum seperti apa. Apalagi sampai suudzon. Sudah tantrum, suudzon pula," ujarnya.
Lucky menegaskan bahwa dirinya hanyalah warga biasa yang tidak memiliki kuasa atau kapasitas untuk menggerakkan massa.
"Masa saya mampu mengkordinir orang secara sistemik untuk berbuat seperti itu? Saya ini bukan incumbent, saya bukan anak jendral. Saya anak tukang sepeda," tandasnya.
Halaman Selanjutnya
Di sisi lain, Lucky Hakim yang namanya terseret dalam insiden tersebut memberikan klarifikasi. Menurut Lucky, tindakan mengacungkan jari sesuai nomor urut calon yang didukung adalah hak masyarakat yang berasal dari hati nurani, tanpa adanya arahan atau koordinasi dari pihaknya.