Jakarta, VIVA – Pengamat politik M. Qodari menilai dukungan Anies Baswedan kepada pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung – Rano Karno, merupakan blunder. Bukannya menambah suara, langkah ini justru dianggap merugikan pasangan yang diusung oleh PDI Perjuangan tersebut.
Menurut Qodari, masuknya Anies ke kubu Pram – Rano berpotensi mengalihkan dukungan masyarakat minoritas, yang semula mendukung pasangan tersebut, ke pasangan calon nomor urut 1, Ridwan Kamil – Suswono (RIDO).
“Poinnya adalah ini yang harus diuji, tesis saya adalah bahwa masuknya Anies itu, ketimbang mengunci kemenangan, justru membatalkan kemenangan. Pemilih Anies memang besar, pengaruhnya besar, tapi mereka itu sebenarnya sudah ke Pram – Rano. Tanpa deklarasi Anies pun mereka sudah ke sana,” ujar Qodari, dikutip Sabtu, 23 November 2024.
Direktur Eksekutif Indo Barometer, M Qodari dalam Pemaparan Hasil Survei
Photo :
- VIVA/ Yeni Lestari
“Yang mungkin salah dihitung adalah asumsi bahwa kelompok minoritas yang tadinya mendukung Pram-Rano justru lari ke Ridwan Kamil-Suswono ketika Anies bergabung,” imbuhnya.
Qodari menegaskan bahwa langkah kubu Pram-Rano menggaet Anies adalah sebuah kesalahan. Sebab, sejak Pilkada DKI Jakarta 2017, Anies telah dianggap sebagai tokoh politik identitas. Hal ini membuat masyarakat minoritas enggan mendukung pasangan yang diasosiasikan dengannya.
“Langkah membawa Anies ke dalam kubu ini, menurut saya, adalah blunder yang bisa menjadi variabel penggagal kemenangan Pramono – Rano,” ucap Qodari.
Qodari menyebut bahwa kelompok minoritas semula menilai Pram – Rano sebagai pasangan nasionalis. Namun, kehadiran Anies mengubah persepsi tersebut. Anies dianalogikan sebagai "hantu" yang mengancam keberagaman dan persatuan, terutama bagi kalangan minoritas.
Menurutnya, masyarakat minoritas yang tersebar di Jakarta Barat dan Jakarta Utara sangat sensitif terhadap simbol politik Islam yang melekat pada Anies. Hal ini membuka peluang bagi pasangan Ridwan Kamil – Suswono untuk menang di wilayah tersebut.
“Minoritas itu mayoritas ada di Jakarta Barat dan Jakarta Utara. Tadinya mereka condong ke Pramono – Rano karena PDIP nasionalis. Namun, dengan adanya Anies, justru Ridwan Kamil – Suswono bisa punya peluang untuk menang di sana,” katanya.
“Karena sekali lagi, tesis saya Anies adalah ‘hantu’ yang lebih mengerikan dibandingkan PKS bagi pemilih minoritas,” lanjutnya.
Lebih jauh, Qodari menilai bahwa dukungan Anies terhadap Pram – Rano merupakan strategi untuk menjaga eksistensinya di panggung politik nasional. Dengan membantu kemenangan Pram – Rano, Anies berpeluang mendapatkan dukungan PDI Perjuangan untuk maju dalam Pilpres 2029.
“Pilkada Jakarta ini adalah strategi Anies untuk kembali ke panggung politik nasional. Dengan kepala daerah tidak lagi bisa mencalonkan diri sebelum Pilkada serentak, PDI Perjuangan adalah satu-satunya jalan bagi Anies untuk tampil di Pilpres 2029,” jelas Qodari.
Anies Baswedan dan Rano Karno di kantor DPP PDIP Jakarta
Namun, langkah ini dinilai tidak efektif. Tren elektabilitas Pram – Rano yang sedang naik justru terancam menurun dengan masuknya Anies. Menurut Qodari, lebih baik membiarkan Anies tidak terlibat untuk menjaga momentum elektabilitas pasangan tersebut.
“Kalau saya ada di sana, saya tidak akan memasukkan Anies. Tren mereka sudah naik. Langkah ini malah seperti overkill. Anies ini dikira ‘suhu’, ternyata malah ‘cupu’,” pungkasnya.
Halaman Selanjutnya
Qodari menyebut bahwa kelompok minoritas semula menilai Pram – Rano sebagai pasangan nasionalis. Namun, kehadiran Anies mengubah persepsi tersebut. Anies dianalogikan sebagai "hantu" yang mengancam keberagaman dan persatuan, terutama bagi kalangan minoritas.