Mobil Listrik Kian Dijauhi di Amerika

5 hours ago 3

Minggu, 20 Juli 2025 - 13:00 WIB

New York, VIVA – Meski teknologi mobil listrik telah berkembang pesat, adopsinya di Amerika Serikat masih tergolong lambat. Bahkan, belakangan ini terlihat peningkatan sentimen negatif terhadap kendaraan listrik di kalangan publik.

Negara lain seperti China dan Eropa mengalami pertumbuhan pesat dalam penjualan EV. Namun, Amerika justru tertinggal meski menjadi salah satu pasar otomotif terbesar dunia.

Dikutip VIVA Otomotif dari Carscoops, Minggu 20 Juli 2025, salah satu alasan utama adalah budaya otomotif Amerika yang sangat berakar pada mesin pembakaran internal. Banyak orang Amerika masih mengasosiasikan mobil sejati dengan suara mesin dan tenaga besar.

Mobil listrik sering dianggap kurang “maskulin” atau terlalu “canggih” untuk penggunaan sehari-hari. Sebagian orang bahkan menyamakannya dengan peralatan rumah tangga, bukan kendaraan.

Mitos-mitos seputar mobil listrik juga masih sangat kuat di masyarakat. Contohnya, anggapan bahwa baterai mudah meledak atau harus diganti setiap dua tahun masih banyak dipercaya.

Ketidaktahuan ini sebagian diperkuat oleh berita clickbait dan propaganda anti-EV yang tersebar luas di media sosial. Banyak warga tidak memiliki akses pada informasi yang akurat mengenai teknologi kendaraan listrik.

Isu infrastruktur pengisian daya juga menjadi hambatan besar. Stasiun pengisian belum merata dan banyak daerah terpencil sama sekali tidak memiliki fasilitas ini.

Selain itu, waktu pengisian baterai yang relatif lama dibandingkan pengisian bensin masih menjadi kekhawatiran. Meskipun teknologi fast-charging sudah tersedia, belum semua pengguna mengetahuinya atau percaya efektivitasnya.

Harga kendaraan listrik juga masih dianggap tinggi oleh sebagian konsumen. Padahal, dalam banyak kasus, total biaya kepemilikan EV justru lebih rendah dalam jangka panjang.

Subsidi pemerintah yang sempat membantu menurunkan harga mulai dihentikan secara bertahap. Hal ini membuat minat masyarakat terhadap mobil listrik kembali melemah.

Faktor politik turut mempengaruhi opini publik terhadap EV. Banyak pihak konservatif mengasosiasikan mobil listrik dengan agenda lingkungan yang dianggap politis.

Kampanye negatif dari industri minyak juga memperkuat penolakan terhadap EV. Mereka menciptakan narasi bahwa mobil listrik membahayakan pekerjaan di sektor energi tradisional.

Masalah jaringan listrik di AS juga memperkuat skeptisisme. Tidak adanya grid nasional membuat keandalan pasokan listrik sering diragukan oleh masyarakat.

Beberapa wilayah mengalami pemadaman listrik berkala saat cuaca ekstrem. Kondisi ini membuat orang ragu untuk bergantung sepenuhnya pada kendaraan listrik.

Kurangnya edukasi publik tentang keunggulan EV juga berperan besar. Banyak orang tidak menyadari bahwa mobil listrik lebih hemat energi dan lebih ramah lingkungan.

Persepsi bahwa EV hanya cocok untuk kota besar juga masih melekat. Padahal, model-model terbaru mampu menempuh jarak jauh dan cocok digunakan di berbagai kondisi medan.

Masyarakat Amerika juga sangat loyal terhadap merek dan tipe kendaraan tertentu seperti truk dan SUV. Banyak yang belum sadar bahwa EV jenis ini pun kini sudah tersedia.

Halaman Selanjutnya

Selain itu, waktu pengisian baterai yang relatif lama dibandingkan pengisian bensin masih menjadi kekhawatiran. Meskipun teknologi fast-charging sudah tersedia, belum semua pengguna mengetahuinya atau percaya efektivitasnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |