Ramallah, VIVA - Otoritas Palestina (PA) menuding pemerintahan Amerika Serikat (AS) bertanggung jawab atas berlanjutnya pertumpahan darah di Jalur Gaza di tengah serangan mematikan Israel terhadap wilayah tersebut.
Sedikitnya 43.800 orang tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 103.600 lainnya terluka akibat serbuan tanpa jeda Israel di Gaza sejak serangan Hamas pada Oktober lalu.
“Kami sepenuhnya menyalahkan pemerintahan AS atas berlanjutnya agresi berdarah ini karena perlindungan politiknya terhadap pendudukan Israel,” ujar juru bicara PA, Nabil Abu Rudeineh, dalam sebuah pernyataan.
Pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan pada Jumat, 4 Oktober 2024, bahwa lebih dari 6 persen dari seluruh populasi Gaza tewas atau terluka seiring dengan hampir setahun kampanye brutal militer Israel di wilayah Palestina tersebut.
Ia menambahkan bahwa dukungan AS memungkinkan Israel “menghindari pertanggungjawaban dan mengabaikan resolusi hukum internasional.”
“Pasukan pendudukan Israel menerjemahkan dukungan terus-menerus AS menjadi pembantaian genosida, dengan pembunuhan massal yang merenggut nyawa puluhan anak-anak dan perempuan,” tambahnya.
Sedikitnya 96 warga Palestina tewas dan 60 lainnya terluka dalam serangkaian serangan udara Israel di Gaza bagian utara dan tengah pada Minggu, 17 November 2024, menurut otoritas lokal di wilayah tersebut.
Juru bicara Palestina itu mendesak Washington untuk memberikan tekanan pada Israel agar menghentikan serangannya terhadap rakyat Palestina di Gaza dan Tepi Barat.
VIVA Militer: Bocah Palestina di tengah puing bangunan kota Gaza
“Jika (pertumpahan darah) ini terus berlanjut, seluruh kawasan berisiko terjerumus dalam perang berkepanjangan, dan tidak ada yang akan bisa menikmati kedamaian atau stabilitas,” ia memperingatkan.
Sejak 5 Oktober, Israel melancarkan operasi darat skala besar di Gaza utara dengan dalih mencegah kelompok perjuangan Palestina, Hamas, untuk bangkit kembali. Namun, warga Palestina menuduh Israel berupaya menduduki wilayah tersebut dan secara paksa memindahkan penduduknya.
Sejak saat itu, tidak ada bantuan kemanusiaan, termasuk makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, yang diizinkan masuk ke wilayah tersebut, membuat sebagian besar populasi di sana berada di ambang kelaparan.
VIVA Militer: Anak-anak Gaza mengantre untuk mendapatkan makanan
Lebih dari 2.000 orang telah tewas sejak operasi tersebut dimulai, menurut otoritas kesehatan Palestina.
Serangan ini merupakan episode terbaru dalam perang brutal Israel di Jalur Gaza sejak Oktober tahun lalu, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Israel saat ini menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional atas perang mematikannya di Gaza. (ant)
Halaman Selanjutnya
Sedikitnya 96 warga Palestina tewas dan 60 lainnya terluka dalam serangkaian serangan udara Israel di Gaza bagian utara dan tengah pada Minggu, 17 November 2024, menurut otoritas lokal di wilayah tersebut.