Manggarai Timur, VIVA – Mariahati Fania Triselni, bocah berusia 11 tahun di Desa Rana Gapang, Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT) menjalani kehidupan yang jauh berbeda dari teman seusianya. Pulang sekolah bukan waktunya bermain, melainkan bergegas merawat kakek dan neneknya yang sudah sangat tua dan sakit-sakitan.
Selama empat tahun terakhir, Fania harus mengurus neneknya, Teresia Pia (90), yang tidak bisa berdiri dan berjalan akibat sakit dan usia lanjut. Kakeknya, Petrus Masing (95), juga mengalami gangguan penglihatan, pendengaran, serta kesulitan berjalan sejak dua tahun terakhir. Kondisi keduanya membuat mereka bergantung sepenuhnya pada cucu semata wayangnya ini.
Di rumah yang sudah reyot itu, Fania menjalankan berbagai tugas mulai dari menyiapkan sarapan, memberi makan, memasak, mencuci pakaian, hingga menyiapkan air mandi untuk kakek dan neneknya. Semua dilakukan dengan sabar dan penuh tanggung jawab, meski usianya masih belia dan seharusnya menikmati masa kanak-kanak.
Fania tinggal bersama kakek dan neneknya karena ayahnya telah meninggal dunia beberapa tahun lalu, sementara ibunya dan saudara-saudaranya tinggal di tempat berbeda. Meski berat, Fania tetap semangat bersekolah dan bercita-cita menjadi guru agar kelak bisa membantu menyembuhkan kakek dan neneknya.
Setiap pulang sekolah, Fania tidak bermain dengan teman-temannya atau membeli jajanan, melainkan langsung pulang dan mencari sayur di kebun untuk dimasak bagi kakek dan neneknya.
“Pagi sebelum ke sekolah saya menyiapkan semuanya makanan untuk kakek dan nenek. Begitu juga waktu pulang singgah di kebun dulu petik sayur untuk kami makan siang,” ujar Fania dengan suara kecilnya.
Kakek Petrus Masing dan Nenek Teresia Pia di dalam rumah mereka yang sudah reyot
Dalam keterbatasan ekonomi, Fania yang baru tamat SD mengaku belum tahu bagaimana akan membiayai pendidikan ke jenjang SMP nanti.
“Tidak tau lagi nanti. Bisa SMP atau tidak. Saya punya cita-cita jadi guru Pak tapi bagaimana ongkosnya nanti,” ucap Fania lirih.
Nenek Teresia mengungkapkan bahwa meski memiliki lima anak yang sudah menikah, bantuan dari mereka tidak selalu cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Para tetangga pun sering memberikan bantuan seadanya. Teresia berharap ada perhatian dari pemerintah untuk membantu biaya pengobatan dan memperbaiki kondisi rumah mereka.
“Sekali saja kami dapat bantuan BLT Lansia dari dana desa,” tutur Nenek Teresia.
Bripka Hery Tena dari Polres Manggarai dan Bripta Sukiman mendatangi rumah Fania
Kisah ini mendapat perhatian dari aparat kepolisian setempat. Bripka Hery Tena dari Dokkes Polres Manggarai dan Bripta Lalu Sukiman, Kapospol Elar, mendatangi rumah Fania sebagai bentuk kepedulian Polres Manggarai Timur terhadap masyarakat kecil.
Kedua polisi tersebut berkomitmen mencari solusi agar keluarga Fania dan masyarakat kurang mampu lainnya mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak, terutama dalam hal kesehatan dan kesejahteraan.
"Kami kesini sebagai wujud kepedulian kami dari Polres Manggarai Timur dan Polri tentunya dalam hal membantu masyarakat kecil," ungkap Bripka Hery Tena, Selasa, 10 Juni 2025.
Hal senada juga di utarakan Bripta Lalu Sukiman bahwa kunjungan mereka ini bertujuan untuk membantu masyarakat kecil.
"Giat kami ini sebagai bentuk peduli sosial terhadap masyarakat kecil. Setelah mendapat informasi kami ke sini betul-betul ingin melihat langsung penderitaan mereka," ujarnya.
Laporan: Jo Kenaru-tvOne
Adnan Bocah Yatim-Piatu Nekat Gowes dari Brebes ke Subang Ingin Ketemu Dedi Mulyadi
Adnan, bocah 15 tahun asal Brebes Jawa Tengah nekat gowes dari Bumiayu Brebes ke Subang demi untuk bertemu Dedi Mulyadi (KDM)
VIVA.co.id
10 Juni 2025