Profil Sarwo Edhie Wibowo, Jenderal Baret Merah Penumpas PKI yang Jadi Pahlawan Nasional

3 weeks ago 9

Senin, 10 November 2025 - 13:44 WIB

VIVA – Presiden Prabowo Subianto resmi menetapkan Jenderal TNI (Purn) Sarwo Edhie Wibowo sebagai Pahlawan Nasional dalam upacara peringatan Hari Pahlawan 2025. 

Jenderal kelahiran Purworejo, Jawa Tengah, ini dikenal sebagai tokoh militer yang berperan besar dalam sejarah Indonesia, khususnya pasca peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI).

Sarwo Edhie lahir pada 25 Juli 1925 di Desa Pangenjuru, Purworejo. Sejak muda, ia dikenal disiplin dan memiliki ketertarikan terhadap dunia kemiliteran. 

Presiden RI Prabowo Subianto memberikan plakat gelar pahlawan Sarwo Edhie Wibowo

Photo :

  • Yeni Lestari/VIVA

Saat Jepang menduduki Indonesia pada 1942, ia mendaftar sebagai prajurit Pembela Tanah Air (PETA). Setelah kemerdekaan, Sarwo Edhie bergabung dengan Badan Keamanan Rakyat (BKR) yang kemudian berkembang menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR), cikal bakal TNI.

Karier militernya berkembang pesat. Ia pernah menjabat sebagai Komandan Batalion Divisi Diponegoro (1945–1951) dan Komandan Resimen Divisi Diponegoro (1951–1953). Namanya makin dikenal setelah dipercaya menjadi Kepala Staf Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada 1962, dan kemudian Komandan RPKAD antara 1964 hingga 1967.

Pimpin Penumpasan G30S

Nama Sarwo Edhie mencuat setelah memimpin langsung operasi penumpasan G30S/PKI. Saat situasi nasional genting, ia menyatakan kesetiaannya kepada Mayor Jenderal Soeharto, yang kala itu mengambil alih kendali Angkatan Darat.

Perintah pertama yang diterimanya adalah merebut kembali Radio Republik Indonesia (RRI) dan gedung telekomunikasi, yang sempat dikuasai kelompok G30S. 

Ia juga memimpin pasukan RPKAD dalam merebut Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, yang menjadi basis pasukan Letkol Untung. Serangan yang dimulai dini hari 2 Oktober 1965 itu berhasil menguasai Halim hanya dalam waktu empat jam.

Sejak saat itu, Sarwo Edhie menjadi tokoh penting dalam pemulihan situasi politik dan keamanan nasional. Ia memainkan peran utama dalam operasi militer terhadap simpatisan PKI di berbagai daerah, terutama di Jawa Tengah. 

Langkah ini kemudian menimbulkan perdebatan panjang hingga kini, namun tidak bisa dipungkiri bahwa perannya berpengaruh besar dalam konsolidasi awal Orde Baru.

Karier Politik dan Diplomatik

Setelah masa-masa penuh gejolak itu, Sarwo Edhie menduduki berbagai posisi strategis. Ia pernah menjabat sebagai Panglima Kodam II/Bukit Barisan (1967–1968), kemudian Panglima Kodam XVII/Cenderawasih (1968–1970).

Halaman Selanjutnya

Di bidang pendidikan militer, Sarwo Edhie dipercaya menjadi Gubernur Akademi ABRI (AKABRI) pada 1970–1973, sebelum kemudian ditugaskan sebagai Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan (1973–1978). 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |