Jawa Timur, VIVA – Syaikhona Muhammad Kholil, lahir di Desa Martajasah (atau sebagaimana beberapa sumber menyebut Desa Kemayoran), Kecamatan Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur.
Tanggal persis kelahiran beliau masih memiliki variasi dalam literatur: misalnya satu sumber menyebut 11 Jumadil Akhir 1235 H (≈ 27 Januari 1820 M) sebagai tanggal kelahirannya. Beliau wafat di Bangkalan pada sekitar tahun 1925 M.
Tokoh Syaikhona Muhammad Kholil
Beliau berasal dari keluarga yang sudah menjalankan tradisi keilmuan Islam. Sebagai anak dari KH Abdul Latif, beliau mulai belajar sejak usia muda dan kemudian menempuh pendidikan ke berbagai pesantren di Jawa, bahkan melakukan perjalanan ke tanah suci.
Peran sebagai Guru Para Ulama
Syaikhona Kholil dikenal dengan julukan “guru para kiai” atau “mahaguru para ulama” di Jawa dan Madura. Beberapa poin penting:
- Banyak ulama besar di Indonesia yang menyebut dirinya sebagai murid atau mendapat pengaruh dari beliau. Sebagai contoh, KH Hasyim Asy’ari, pendiri Nahdlatul Ulama, tercatat sebagai salah satu murid beliau.
- Karakter keilmuan beliau yang menggabungkan penguasaan syariat (fiqh, nahwu) dengan tasawuf (tarekat) dalam keseimbangan menjadi model pendidikan pesantren khas tradisi Ahlus Sunah wal Jamaah.
- Sebutan bahwa dari murid‑muridnya muncul tokoh‑tokoh yang kemudian menjadi pilar keulamaan dan kemerdekaan Indonesia.
Kontribusi terhadap Lahirnya Nahdlatul Ulama
Walaupun Syaikhona Muhammad Kholil tidak pernah secara formal menjadi pengurus organisasi Nahdlatul Ulama (NU) karena beliau wafat kurang lebih satu tahun sebelum NU didirikan namun peran beliau sangat signifikan.
Beberapa kontribusinya:
- Melalui jaringan guru‑murid dan sekolah pesantren di Madura dan Jawa, beliau menyiapkan sumber daya ulama yang kelak mendirikan dan mengelola pesantren serta organisasi keagamaan seperti NU.
- Pemikiran beliau tentang pendidikan Islam yang inklusif dan menyelaraskan syariat dan tarekat menjadi salah satu akar pemikiran organisasi keagamaan tradisional di Indonesia.
- Karena pengaruhnya yang luas, ada usulan untuk mengukuhkan beliau sebagai pahlawan nasional menunjukkan pengakuan terhadap peran kemasyarakatan dan kebangsaan beliau
Warisan dan Penghormatan
Makam beliau di Martajasah, Bangkalan, Madura, hingga kini menjadi tempat ziarah dan pengajian.
Halaman Selanjutnya
Banyak seminar, buku biografi dan kajian akademik yang membahas kehidupan dan kontribusi beliau. Contoh: seminar “Meniti Jejak, Menata Pijak” ketika memperingati satu abad wafatnya beliau.

3 weeks ago
10









