Jakarta, VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi masih akan bergerak fluktuatif, namun ditutup melemah pada perdagangan hari ini.
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau Jisdor BI, kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada di level Rp 16.606 per Rabu, 8 Oktober 2025. Posisi rupiah itu tercatat melemah 46 poin, dari kurs sebelumnya di level Rp 16.560 pada perdagangan Selasa, 7 Oktober 2025.
Sementara perdagangan di pasar spot pada Kamis, 9 Oktober 2025 hingga pukul 09.05 WIB, rupiah ditransaksikan di level Rp 16.558 per dolar AS. Posisi tersebut menguat 15 poin atau 0,09 persen dari posisi sebelumnya di level Rp 16.573 per dollar AS.
Ilustrasi Uang Rupiah
Photo :
- pixabay.com/WonderfulBali
Pengamat Pasar Uang, Ibrahim mengatakan, pasar merespon negatif terhadap pernyataan pejabat bank Indonesia(BI), yang menyatakan tidak pernah menjual emas batangan seberat 11 ton.
Namun, data penjualan cadangan emas terbaru IMF menunjukkan bahwa Bank Indonesia mengurangi cadangan emasnya sebesar 11 ton pada bulan Juli 2025. Hal ini mengindikasikan ada ketidak transparan BI dalam penjualan emas tersebut.
Kemudian, ada pula laporan Bank Dunia (World Bank) menyusul proyeksi dari Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF), Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), serta Japan Credit Rating Agency (Ltd. (JCR).
Dimana lembaga-lembaga tersebut memperbarui proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2025, menjadi di bawah angka 5 persen. Proyeksi tersebut bahkan berada di bawah target pemerintah yang paling pesimistis setidaknya di angka 5 persen.
Selain itu, sejumlah indikator aktivitas ekonomi menunjukkan sinyal pelambatan momentum. Produksi industri juga dinilai kuat, namun tidak sejalan dengan keyakinan bisnis yang diperkirakan masih rendah ke depan. Ekspor juga diperkirakan tetap kuat di tengah goncangan tarif impor Amerika Serikat (AS), namun pesanan ekspor baru lemah.
Bank Dunia memperkirakan laju pertumbuhan ekonomi mirip dengan China, yang berada di sekitar 5 persen berkat dukungan belanja pemerintah. Bedanya, China diperkirakan bakal memperlebar defisit anggaran belanjanya dari sebesar 4,5 persen di 2019, menjadi 8,1 persen di 2025. Indonesia, lebih kearah belanja pemerintah daripada ukuran defisit, yang diperkirakan tetap berada di dalam aturan fiskal.
Halaman Selanjutnya
"Mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.570 - Rp 16.620," ujarnya.

3 weeks ago
11









