Jakarta, VIVA – Penyanyi Mayangsari ikut menghadiri upacara penganugerahan gelar Pahlawan Nasional yang digelar di Istana Negara pada Selasa, 11 November 2025. Acara tersebut dipimpin langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.
Kehadirannya menjadi sorotan karena sang suami, Bambang Trihatmodjo, menjadi pihak yang mewakili keluarga untuk menerima gelar Pahlawan Nasional atas nama Presiden Soeharto, ayahandanya. Diketahui, Bambang merupakan putra ketiga dari Presiden Soeharto dan Siti Hartinah (Tien Soeharto). Scroll untuk tahu lebih lanjut, yuk!
Melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, Mayangsari membagikan beberapa potret kebersamaan dengan keluarga besar Soeharto dalam acara tersebut. Ia terlihat hadir bersama Tommy Soeharto, Titiek Soeharto, serta Didit Hediprasetyo, putra Presiden Prabowo.
Kehangatan yang tergambar di momen itu menarik perhatian netizen, apalagi mengingat posisi Mayangsari yang kini menjadi bagian dari keluarga besar Cendana.
![]()
Respons Soal Kontroversi Gelar Soeharto
Dalam keterangan unggahannya, Mayangsari turut menyinggung perdebatan publik seputar penganugerahan gelar Pahlawan Nasional untuk Presiden Soeharto. Ia menulis pesan bernada reflektif yang menyinggung soal ketidaksempurnaan manusia.
"Tak ada gading yang tak retak. Tiada (satu) manusia pun yang sempurna," tulis Mayangsari, dikutip Kamis 13 November 2025.
Ia juga menyampaikan rasa syukur dan kebanggaannya atas penghargaan tersebut.
"Memang sudah sepantasnya diberikan kepada Beliau. Suwargi Bapak Jenderal Besar Presiden H.M Soeharto. Al fatihah," lanjut Mayangsari.
Namun, penyanyi yang dikenal lewat lagu Harus Malam Ini itu menegaskan bahwa unggahannya tidak memiliki maksud tersembunyi.
"Bukan dalam rangka cari muka atau menjilat," tulis ibu satu anak itu di akhir caption-nya.
Dukungan dan Perdebatan Publik
Kali ini, unggahan Mayangsari menuai banyak komentar positif dari warganet. Sebagian besar menyatakan setuju dengan pendapatnya bahwa Soeharto layak menyandang gelar Pahlawan Nasional. Mereka menilai Soeharto sebagai sosok “Bapak Pembangunan” yang membawa stabilitas ekonomi dan kemajuan bagi Indonesia pada masanya.
Namun, perdebatan tetap muncul dari pihak yang kontra. Sejumlah kalangan menilai rekam jejak pemerintahan Soeharto tak lepas dari praktik KKN dan pelanggaran HAM, yang menjadi alasan utama runtuhnya rezim Orde Baru pada 21 Mei 1998.
Halaman Selanjutnya
Kehadiran Mayangsari Jadi Sorotan

3 weeks ago
7









