Soeharto Dapat Gelar Pahlawan Nasional dari Prabowo, Ingat Lagi Peran Kuncinya dalam Penumpasan G30S PKI

3 weeks ago 7

Senin, 10 November 2025 - 15:11 WIB

Jakarta, VIVA – Presiden RI ke-2 Soeharto resmi dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Prabowo Subianto pada peringatan Hari Pahlawan, 10 November 2025. Pemberian gelar ini tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 116/TK Tahun 2025 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional.

Soeharto menjadi salah satu dari sepuluh tokoh bangsa yang menerima gelar tersebut tahun ini. Selain dirinya, terdapat nama-nama besar lain seperti Abdurrahman Wahid dari Jawa Timur, Marsinah dari Jawa Timur, Mochtar Kusumaatmaja dari Jawa Barat, Rahma El Yunusiyyah dari Sumatera Barat, Sarwo Edhie Wibowo dari Jawa Tengah, Sultan Muhammad Salahuddin dari Nusa Tenggara Barat, Syaikhona Muhammad Kholil dari Jawa Timur, Tuan Rondahaim Saragih dari Sumatera Utara, dan Zainal Abidin Syah dari Maluku Utara.

Namun, di antara para penerima gelar tersebut, nama Soeharto menarik perhatian publik. Sosok yang memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade ini dikenal luas karena perannya yang krusial dalam menumpas Gerakan 30 September 1965 atau G30S/PKI, salah satu bab paling berdarah dan kontroversial dalam sejarah bangsa.

Peran Kunci Soeharto dalam Penumpasan G30S/PKI

Dilansir dari Arsip dan buku sejarah resmi TNI AD, Arsip Nasional RI (ANRI) tentang kronologi G30S/PKI, serta Ensiklopedia Nasional Indonesia, Peristiwa G30S/PKI yang terjadi pada malam 30 September hingga dini hari 1 Oktober 1965 menjadi titik balik besar dalam perjalanan politik Indonesia.

Enam jenderal TNI AD diculik dan dibunuh oleh kelompok yang menamakan diri sebagai Gerakan 30 September. Dari sinilah muncul krisis kepemimpinan di tubuh Angkatan Darat, dan Soeharto muncul sebagai sosok sentral yang mengambil alih kendali.

Berikut adalah peran penting Soeharto dalam menumpas G30S/PKI dan mengubah arah sejarah Indonesia:

1. Pengambilalihan Komando Militer

Saat berita penculikan dan pembunuhan para jenderal sampai ke markas Kostrad, Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad), segera bergerak cepat. Ia mengambil alih komando untuk menstabilkan situasi karena Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani telah menjadi salah satu korban. Keputusan cepat Soeharto menjadi langkah awal yang menentukan dalam merespons ancaman terhadap pemerintahan saat itu.

Halaman Selanjutnya

2. Operasi Militer untuk Menguasai Jakarta

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |