Timothy Ravis Apresiasi Sikap Gereja, Bela Masyarakat Adat di Polemik Geotermal Manggarai

5 hours ago 1

Minggu, 7 Desember 2025 - 08:11 WIB

Jakarta, VIVA – Ahli Pembangunan dari Cornell University, Timothy Ravis menilai Gereja Katolik merupakan salah satu aktor penting dalam proses pembangunan di Flores khususnya di Manggarai Raya. Menurut Timothy, Gereja Katolik Manggarai kerap mengambil posisi yang konsisten mengkawal jalannya pemerintahan, bahkan menentang dengan tegas kebijakan-kebijakan pemerintah daerah yang tidak sesuai dengan kepentingan masyarakat.

"Saya juga benar-benar kagum dengan pengaruh Gereja. Dan bagaimana banyak orang dalam Gereja itu bicara untuk kepentingan masyarakat dalam konteks konfrontasi pembangunan, membantu, mendukung masyarakat dalam cara-cara yang mereka bisa," ujar Timothy dalam sebuah diskusi di Jakarta, dikutip Minggu, 7 Desember 2025.

Diskusi yang digelar Teras Literasi Nusa Tenggara Timur, dihadiri juga oleh sejumlah narasumber, seperti Analis Politik Senior Boni Hargens; Peneliti Senior Formappi Lucius Karus; dan Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD) Herman Suparman.

Salah satu contoh nyata, kata Timothy, adalah sikap Gereja Katolik di Flores termasuk Manggarai yang konsisten mendukung masyarakat adat di polemik Geothermal. 

Bahkan, kata dia, surat gembala prapaskah uskup se-Flores pada Maret 2025 lalu, dengan tegas menyerukan pertobatan ekologis dan menolak proyek geotermal karena tidak sesuai dengan konteks geografis Flores (gunung, bukit, sumber air terbatas) dan dapat menimbulkan dampak serius pada pertanian, air bersih, dan kehidupan masyarakat.

Danau Lotus, Flores, NTT.

Photo :

  • VIVA/Jo Kenaru (Flores)

"Kita tahu bahwa tahun ini gereja telah mengambil posisi yang jelas mengenai geotermal. Itu ada Surat Gembala Pra-Paskah 2025. Menurut saya, tokoh-tokoh Gereja Katolik sangat jelas dalam persepektif mereka, dalam upaya mereka menyokong dan membantu warga lokal yang merasa dirugikan pembangunan geothermal," jelas Timothy.

Meskipun demikian, Timothy sendiri memahami adanya pro kontra dalam proses pembangunan termasuk rencana proyek geothermal. Karena itu, kata dia, selalu ada kelompok yang mendukung geothermal dengan berbagai alasannya dan ada yang menolak geothermal dengan segala alasannya termasuk di Manggarai.

Bahkan, kata dia, masyarakat adat di sekitar lokasi geothermal juga terjadi pro kontra soal geothermal.

"Ketika Anda pergi ke kampung lokasi geotermal, seperti Wae Sano, Wewo, Poco Leok, ada orang-orang yang pro, dan ada orang-orang yang kontra. Di beberapa tempat ada yang lebih kontra, di beberapa tempat ada yang lebih pro. Saya mengerti mengapa orang-orang menolak, dan saya mengerti mengapa orang-orang mendukung geotermal. Dan saya pikir kedua-duanya sangat berani dalam usaha mereka untuk melakukan hal yang menurut mereka benar," beber Timothy.

Halaman Selanjutnya

Pada kesempatan itu, Analis Politik Senior Boni Hargens menegaskan bosisme lokal menjadi sumber masalah pembangunan di Manggarai Raya. Menurut Boni, bos-bos lokal ini mengkooptasi pembangunan di Manggarai demi kepentingan pribadi atau kelompoknya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |