Jakarta, VIVA – Diet untuk menurunkan berat badan saat ini semakin bervariasi. Salah satu tren diet yang sedang populer adalah diet OMAD atau "One Meal a Day." Apa itu?
Sesuai namanya, diet OMAD mengharuskan pelakunya hanya makan sekali dalam sehari. Tepatnya dalam satu jendela waktu tertentu, lalu berpuasa selama 23 jam sisanya. Scroll untuk info lebih lanjut, yuk!
Melansir dari WebMD, diet OMAD ini merupakan salah satu metode intermittent fasting yang ekstrem dan bertujuan untuk mengubah cara tubuh dalam mendapatkan energi. Dengan hanya makan satu kali sehari, tubuh akan kekurangan asupan makanan selama sebagian besar waktu, sehingga akhirnya tubuh menggunakan lemak sebagai sumber energi.
Cara Kerja Diet OMAD
Ilustrasi sedang makanan.
Photo :
- Pexels/Rachel Claire
Seperti intermittent fasting pada umumnya, diet OMAD bekerja dengan mengontrol kadar insulin dalam tubuh. Ketika Anda makan, maka tubuh akan memecah karbohidrat menjadi gula yang nantinya digunakan sebagai energi. Kelebihan gula dalam darah ini akan disimpan dalam sel-sel lemak melalui proses yang diatur oleh insulin.
Saat berpuasa dalam jangka waktu lama, produksi insulin akan menurun. Tubuh akan mencari sumber energi lain, dan akhirnya memecah lemak tubuh untuk digunakan sebagai bahan bakar.
Namun, untuk mencapai tahap ini, tubuh harus berpuasa cukup lama hingga kadar insulin turun secara signifikan.
Kelebihan Diet OMAD
1. Membantu Pembakaran Lemak
Penelitian menunjukkan bahwa diet intermittent fasting dapat membantu membakar lemak tubuh. Meski tidak selalu menyebabkan penurunan berat badan yang drastis, pola ini membuat tubuh lebih efisien dalam membakar lemak.
2. Meningkatkan Metabolisme
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pola makan terbatas seperti intermittent fasting dapat memperbaiki kadar gula darah, terutama pada pria dewasa dengan kondisi pradiabetes dan obesitas. Meski penelitian ini tidak spesifik pada diet OMAD, pola makan terbatas memang menunjukkan dampak positif bagi metabolisme.
3. Meningkatkan Kewaspadaan
Saat berpuasa, tubuh melepaskan orexin-A, senyawa yang membuat kita merasa lebih waspada dan fokus. Namun, efek ini biasanya lebih terasa saat berpuasa di siang hari.
Kekurangan dan Risiko Diet OMAD
1. Susah Dijalani
Diet OMAD cukup ketat, sehingga tingkat kegagalan atau “dropout rate” relatif tinggi, yakni mencapai 65 persen. Rasa lapar yang terus-menerus juga bisa menjadi tantangan selama menjalani diet ini.
2. Meningkatkan Rasa Lapar
Diet OMAD dapat merangsang produksi hormon ghrelin yang meningkatkan rasa lapar. Ini bisa membuat diet lebih sulit dijalani dibandingkan diet biasa.
3. Tidak Lebih Efektif dari Pengurangan Kalori
Meski mengurangi frekuensi makan, efektivitas OMAD dalam menurunkan berat badan ternyata tidak lebih signifikan dibandingkan diet kalori biasa.
Apakah Diet OMAD Aman?
Ilustrasi diet makanan untuk menjaga kesehatan hati. (Unsplash.com/Farhad Ibrahimzade)
Diet OMAD umumnya aman bagi orang sehat, meskipun bisa menimbulkan efek samping seperti rasa lapar yang intens. Namun, bagi orang dengan masalah kesehatan, seperti penyakit kardiovaskular atau diabetes, diet ini bisa meningkatkan tekanan darah, kadar kolesterol, dan berisiko hipoglikemia atau turun drastisnya kadar gula darah. Mengingat risiko-risiko tersebut, penting bagi Anda untuk berkonsultasi dengan dokter sebelum mencoba diet OMAD atau jenis diet ekstrem lainnya.
Halaman Selanjutnya
Namun, untuk mencapai tahap ini, tubuh harus berpuasa cukup lama hingga kadar insulin turun secara signifikan.