Asia, VIVA – Bursa Asia bervariasi saat pembukaan pasar pada Selasa, 12 November 2024. Dow Jones Industrial Average (DJIA) konsisten menunjukkan tren menguat hingga berhasil reli yang menyebabkan para investor mulai bersikap siaga.
DJIA merupakan salah satu indeks acuan di Wall Street yang terus menunjukkan lonjakan pasca pemilu Amerika Serikat (AS). Bahkan, Dow Jones beberapa kali mencetak rekor tertinggi pada penutupan pasar.
Indeks Dow Jones Industrial Average melonjak lebih dari 300 basis poin (bps) saat menutup perdagangan pasar, Senin, 11 November 2024. Lonjakan tersebut menjadi rekor tertinggi karena reli indeks acuan pasca pemilu AS.
Dikutip dari CNBC Internasional pada Selasa, 12 November 2024, indeks DJIA terdiri dari 30 saham naik 304 bps atau 0,69 persen menjadi 44.293,69. Kenaikan ini membawa indeks di atas 44.000 untuk pertama kalinya.
Ilustrasi sedang investasi
Photo :
- pexels.com/Anna Nekrashevich
S&P 500 ikut membukukan kenaikan tipis sebesar 0,1 persen sehingga mengunci posisi di level 6.001,35. Lompatan harga yang terjadi juga menjadi prestasi karena berhasil melampaui 6.000 untuk pertama kalinya.
Namun, Nasdaq Composite bertahan di dekat garis datar. Indeks yang sarat saham teknologi hanya berhasil membukukan kenaikan sebesar 0,06 persen menjadi 19.298,76.
Bitcoin ikut melonjak di atas US$ 87.000 terdorong harapan akan deregulasi oleh pemerintahan Donald Trump. Saham terkait kripto, yaitu Coinbase dan Mara Holdings melesat masing-masing 20 persen dan 30 persen.
Sedangkan di kawasan Asia, para investor tengah memantau sejumlah data ekonomi dari beberapa negara. Mulai dari kondisi bisnis Australia dari hasil survei National Australia Bank serta laporan penjualan ritel Indonesia pada bulan September.
India segera merilis tingkat inflasi pada bulan Oktober. Kartel minyak OPEC juga akan merilis laporan pasar minyak bulan.
Kondisi ekonomi dan sikap investor memberikan dampak terhadap pergerakan indeks di bursa. S&P/ASX 200 Australia tergelincir sebanyak 0,33 persen.
Indeks Nikkei 225 Jepang menguat sebanyak 0,23 persen. Disusul kenaikan indeks Topix sebesar 0,68 persen.
Kospi Korea Selatan terkoreksi 1,25 persen. Begitu juga Kosdaq yang melemah 2,04 persen.
Indeks berjangka Hang Seng Hong Kong berada lebih rendah dari penutupan terakhir. Indeks HSI merosot dari level 20.324 menjadi 20.426,93.
Halaman Selanjutnya
Sedangkan di kawasan Asia, para investor tengah memantau sejumlah data ekonomi dari beberapa negara. Mulai dari kondisi bisnis Australia dari hasil survei National Australia Bank serta laporan penjualan ritel Indonesia pada bulan September.