Jangan Main-Main, Dampak Fatal dari Mengerok Pasien yang Alami Serangan Jantung

1 week ago 8

Selasa, 12 November 2024 - 17:08 WIB

Jakarta, VIVA – Serangan jantung adalah salah satu penyakit paling mematikan di dunia yang sering kali datang tiba-tiba tanpa peringatan. Serangan jantung dikenal sebagai silent killer, karena banyak penderita tidak menyadari bahwa mereka memiliki masalah jantung hingga serangan mendadak terjadi. 

Serangan jantung bisa merenggut nyawa hanya dalam hitungan menit jika tidak ditangani dengan cepat, sehingga penting untuk memahami gejala dan tindakan pencegahan yang dapat kita lakukan sehari-hari.

Serangan jantung memang kerap menimbulkan sejumlah kekhawatiran, terutama belakangan ini banyak kejadian serangan jantung terjadi pada malam hari saat mereka sedang terlelap.

Serangan jantung yang terjadi pada pagi dini hari karena alasan seperti memperlambat metabolisme dan detak jantung pasien. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Penurunan laju metabolisme dan tekanan darah ini dapat menyebabkan berkurangnya aliran darah ke alam, yang menyebabkan serangan jantung.

Selain itu, tidur kurang seperti tidur hanya 4-5 jam setiap malam dapat meningkatkan kemungkinan masalah seperti stroke, penyakit jantung, dan serangan jantung. Kemudian kondisi obstructive sleep apnea (OSA) yang membuat napas terhenti saat tidur. 

Hambatan pada pernapasan saat tidur membuat pasokan oksigen ke jantung berkurang, sehingga terjadi kerusakan otot jantung. Alhasil dapat meningkatkan risiko serangan jantung saat tidur.

Lantas apa yang perlu dilakukan ketika pasien mengalami serangan jantung di malam hari saat tidur demi mengurangi risiko keparahan?

Ilustrasi serangan jantung

Photo :

  • heartattacktreatmenttips.com

Terkait hal itu, spesialis penyakit dalam dari RS Jantung Jakarta, dr Akbarbudhi Antono, Sp.PD angkat bicara. Dijelaskannya bahwa memang serangan jantung tidak bisa diprediksi.

Maka dari itu, penting bagi pasien untuk memahami beberapa tanda atau gejala khas dari serangan jantung.

"Kalaunya serangan ini (jantung) sulit diprediksi ya apalagi terjadi malam-malam. Biasanya kita harus mengenali jenis gejala-gejala serangan jantung. Penting kita tau karakteristik jenisnya," kata dia saat dikonfirmasi VIVA.co.id saat ditemui di RS Jantung Jakarta, Selasa 12 November 2024.

Ilustrasi serangan jantung/stroke.

Photo :

  • Freepik/rawpixel.com

Lebih lanjut diungkap dr. Akbar bahwa beberapa gejala atau tanda khas dari serangan jantung meliputi rasa nyeri di tengah dada atau di sebelah kiri yang menjalar ke leher atau ke punggung bagian atas.

Selain itu, nyeri bisa juga menjalar ke ulu hati seperti sakit perut, atau menjalar ke lengan dalam sebelah kiri.

"Nyerinya itu bisa seperti ditiban beban berat, sampai sesak, berdebar, kecemasan dan keringat dingin," katanya.

Dokter Akbar mengungkap jika memiliki beberapa tanda atau gejala khas seperti itu, penting untuk segera datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Ia juga menekankan masyarakat untuk tidak melakukan tindakan seperti mengerok yang sempat viral di media sosial beberapa waktu lalu.

"Jadi kalau ada gejala seperti itu jangan dikerok tapi langsung dibawa ke rumah sakit. Itu akan membuat pasien bisa masuk ke golden period," kata dia.

Dijelaskan lebih lanjut oleh dokter Akbar bahwa bahaya dari mengerok pasien yang mengalami serangan jantung yakni bisa terjadi risiko gagal jantung.

"Bahaya (pasien serangan jantung dikerok) beberapa orang dikerok bisa enak bilang 'ah ini masuk angin' sebenarnya jantung diistirahatkan nyerinya berkurang. Tapi bukan berarti masalahnya selesai tapi sudah berlanjut dan sudah terjadi kerusakan permanen. Makanya ada beberapa yang berlanjut ke gagal jantung itu akan menyebabkan kualitas hidupnya menurun jauh makan enggak bisa, jalan enggak kuat, liburan susah," kata dia.

Seorang yang mengalami gagal jantung lantaran penanganan serangan jantung yang terlambat juga bisa meningkatkan risiko stroke. 

"Risiko stroke meningkat karena pompa melemah membuat pembekuan di jantung naik ke otak," jelasnya.

Halaman Selanjutnya

Hambatan pada pernapasan saat tidur membuat pasokan oksigen ke jantung berkurang, sehingga terjadi kerusakan otot jantung. Alhasil dapat meningkatkan risiko serangan jantung saat tidur.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |