Minggu, 27 Oktober 2024 - 23:35 WIB
Jakarta, VIVA – Dekarbonisasi telah menjadi agenda global yang semakin mendesak seiring dengan meningkatnya dampak perubahan iklim di seluruh dunia. Proses ini merujuk pada pengurangan emisi karbon dioksida (CO₂) dan gas rumah kaca lainnya yang dihasilkan oleh berbagai sektor, seperti industri, transportasi, dan pembangkit listrik.
Dekarbonisasi sangat penting untuk mencapai target net zero emissions dan meminimalkan pemanasan global yang dapat merusak ekosistem serta mempengaruhi kehidupan manusia di berbagai belahan dunia. Scroll lebih lanjut.
Dekarbonisasi diperlukan untuk mengurangi konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer yang menjadi penyebab utama pemanasan global. Fenomena ini menyebabkan suhu bumi meningkat, mencairnya es di kutub, naiknya permukaan air laut, dan perubahan cuaca yang ekstrem.
Jika tidak segera ditangani, perubahan iklim akan berdampak buruk pada berbagai aspek kehidupan, termasuk ketersediaan pangan, kesehatan masyarakat, dan stabilitas ekonomi. Oleh karena itu, banyak negara di dunia, termasuk Indonesia, berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi demi menjaga lingkungan yang lebih sehat dan berkelanjutan bagi generasi mendatang.
Asia Pasifik, yang merupakan pusat manufaktur global dan salah satu kawasan dengan pertumbuhan ekonomi tercepat, menjadi wilayah yang sangat penting dalam upaya dekarbonisasi. Dengan populasi yang besar dan kegiatan ekonomi yang masif, kawasan ini menyumbang emisi yang signifikan ke atmosfer. Namun, hal ini juga berarti bahwa upaya dekarbonisasi di Asia Pasifik dapat membawa dampak yang besar bagi keseluruhan upaya mitigasi perubahan iklim global.
Konferensi Bangun Bangsa 2024 yang diselenggarakan di Jakarta baru-baru ini menjadi salah satu contoh konkret dari upaya kolaboratif untuk mempercepat dekarbonisasi di Asia Pasifik. Sebagai inisiatif keberlanjutan dari Bentoel Group yang bekerja sama dengan Indonesia Business Council for Sustainable Development (IBCSD), acara ini mengusung tema “Solidarity in Action: Accelerating Decarbonization across Asia-Pacific”.
Konferensi Bangun Bangsa 2024
Konferensi ini menghadirkan berbagai tokoh penting dari pemerintah, sektor swasta, hingga lembaga internasional untuk berdiskusi mengenai strategi bersama dalam mencapai target net zero emissions.
Dalam konferensi tersebut, Dian Widyanarti, Penanggung Jawab Bangun Bangsa sekaligus Head of Corporate & Regulatory Affairs Bentoel Group, menegaskan pentingnya kolaborasi antar-pemangku kepentingan untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan.
“Masa depan yang berkelanjutan bagi manusia dan planet memerlukan upaya kolaboratif dalam mengatasi berbagai tantangan baik secara lokal maupun regional,” katanya.
“Penting bagi kita untuk duduk bersama dan menyatukan suara-suara dari berbagai pemangku kepentingan untuk berkolaborasi melakukan tindakan berbasis solusi. Ini merupakan titik awal untuk mendorong perubahan yang lebih cepat dan signifikan,” sambungnya lagi.
Ilustrasi ramah lingkungan / eoc-culture.
Upaya dekarbonisasi di Asia Pasifik menghadapi berbagai tantangan,termasuk penyesuaian kebijakan, investasi dalam teknologi ramah lingkungan, serta pengembangan energi terbarukan. Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan kebutuhan untuk mengurangi emisi karbon. Banyak negara di Asia Pasifik yang masih sangat bergantung pada bahan bakar fosil untuk mendukung industri dan energi. Oleh karena itu, transisi menuju energi bersih memerlukan investasi besar serta kebijakan yang mendukung inovasi.
Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang besar. Asia Pasifik memiliki potensi sumber daya energi terbarukan yang sangat melimpah, seperti tenaga surya, angin, dan panas bumi, yang dapat menjadi sumber energi alternatif dalam jangka panjang. Dengan investasi yang tepat dan dukungan kebijakan yang kuat, kawasan ini dapat menjadi pusat inovasi dalam teknologi rendah karbon. Inisiatif seperti Konferensi Bangun Bangsa memberikan platform untuk mempertemukan berbagai pihak dalam upaya mencari solusi bersama.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Dian Widyanarti dalam konferensi tersebut, keberhasilan upaya dekarbonisasi sangat bergantung pada kolaborasi dan keterlibatan semua pihak. Dekarbonisasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga memerlukan peran aktif dari sektor swasta, lembaga internasional, masyarakat sipil, hingga individu.
Halaman Selanjutnya
Dalam konferensi tersebut, Dian Widyanarti, Penanggung Jawab Bangun Bangsa sekaligus Head of Corporate & Regulatory Affairs Bentoel Group, menegaskan pentingnya kolaborasi antar-pemangku kepentingan untuk mencapai masa depan yang lebih berkelanjutan.