VIVA – Kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) telah menghadirkan perubahan besar dalam dunia kerja, di mana AI kini mulai menggantikan pekerjaan manusia di berbagai sektor. Mulai dari perbankan hingga ritel, otomatisasi berbasis AI terbukti lebih cepat, lebih akurat, dan lebih efisien dibandingkan tenaga manusia.
Di Indonesia, kita sudah melihat banyak perusahaan beralih ke teknologi AI untuk menghemat biaya dan meningkatkan produktivitas. Fenomena ini menimbulkan kecemasan bagi banyak pekerja, khususnya mereka yang pekerjaannya berpotensi besar tergantikan oleh mesin pintar ini.
Ancaman penggantian pekerjaan ini membawa dampak yang cukup besar, termasuk peningkatan pengangguran, ketidakstabilan ekonomi, dan perubahan struktur sosial. Di sisi lain, banyak pekerjaan yang selama ini menjadi pilihan utama generasi muda bisa saja hilang dalam beberapa tahun ke depan.
Kenyataannya, AI tidak sepenuhnya membawa dampak negatif. Adaptasi dan pengembangan keterampilan baru akan menjadi kunci bagi mereka yang ingin bertahan di dunia kerja masa depan. Kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan keterampilan sosial adalah beberapa keunggulan manusia yang sulit ditiru oleh mesin.
Artikel ini akan mengulas pekerjaan-pekerjaan yang paling rentan tergantikan oleh AI Menurut Bernad marr dalam laman Forbes.com. Bernard Marr adalah seorang futurolog terkemuka, penasihat dewan, dan penulis buku Generative AI in Practice: 100+ Amazing Ways Generative Artificial Intelligence is Changing Business and Society.
Pekerjaan yang Paling Rentan Digantikan oleh AI
-
Data Entry dan Administrasi
Pekerjaan seperti data entry dan administrasi adalah salah satu yang pertama kali tergantikan oleh AI. Dengan kemampuannya dalam memproses dan mengatur data dalam jumlah besar secara cepat dan akurat, AI dapat menyelesaikan tugas-tugas yang repetitif ini tanpa perlu jeda.
Menurut Bernard Marr dalam Forbes, AI dapat mengurangi kesalahan dan memungkinkan pegawai fokus pada tugas yang lebih kompleks. Di Indonesia, penggunaan AI untuk tugas administratif sudah mulai dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar demi efisiensi operasional.
Di bidang layanan pelanggan, teknologi chatbot dan asisten virtual kini semakin banyak digunakan. Chatbot berbasis AI dapat melayani pelanggan 24/7, menjawab pertanyaan dasar, bahkan menangani keluhan dengan cepat dan efisien.
Kemampuan AI untuk memberikan pengalaman layanan pelanggan yang responsif dan hemat biaya mulai menggeser peran call center konvensional. Banyak perusahaan di Indonesia telah menggunakan chatbot di aplikasi mereka, seperti di sektor perbankan dan e-commerce.
Bernard Marr menjelaskan bahwa chatbot dan asisten virtual berbasis AI kini mampu menangani permintaan pelanggan dengan cepat dan efisien, sehingga banyak pekerjaan dasar di sektor layanan pelanggan menjadi terancam.
Manufaktur adalah sektor yang paling terkena dampak otomasi. Dengan adanya robot dan AI, proses perakitan, pengelasan, dan pengemasan dapat dilakukan tanpa henti dan dengan presisi tinggi.
Di Indonesia, pabrik-pabrik besar sudah mulai memanfaatkan teknologi ini untuk meningkatkan produktivitas dan menekan biaya produksi. Pekerjaan-pekerjaan di jalur produksi berpotensi hilang dalam jumlah besar seiring dengan penerapan otomasi yang semakin meluas.
Perubahan besar juga terjadi di sektor ritel, di mana sistem kasir otomatis dan self-checkout menjadi semakin umum. Supermarket dan toko ritel di berbagai negara kini mengadopsi teknologi ini untuk mempercepat transaksi dan mengurangi antrian.
Di Indonesia, beberapa supermarket dan minimarket mulai memperkenalkan mesin kasir otomatis. Walaupun kasir manusia tetap dibutuhkan, peran mereka berpotensi berkurang seiring adopsi teknologi yang lebih luas.
Kemampuan AI dalam menganalisis data kompleks secara cepat juga membuat pekerjaan seperti analisis data dasar mulai tergantikan. AI dapat menyusun laporan keuangan sederhana, menganalisis tren, dan membuat ringkasan data dengan akurasi yang tinggi. Pekerjaan ini biasanya dilakukan oleh analis data entry-level yang sekarang berisiko tergantikan oleh AI.
Menurut Bernard Marr , AI dapat menggantikan pekerjaan analisis dasar seperti analisis keuangan sederhana dan pembuatan laporan, karena kemampuannya dalam mengolah data yang besar dengan cepat dan akurat.
AI kini mampu menciptakan desain grafis sederhana seperti logo, desain media sosial, dan tata letak website. Walaupun kreativitas manusia tetap dibutuhkan, banyak pekerjaan desain dasar kini bisa dilakukan lebih cepat dan hemat biaya dengan AI. Aplikasi desain berbasis AI dapat memberikan pilihan desain otomatis yang langsung bisa digunakan oleh bisnis kecil tanpa perlu bantuan desainer profesional.
Teknologi AI dalam penerjemahan telah berkembang pesat, membuat tugas-tugas penerjemahan sederhana lebih mudah dan murah. Walaupun pemahaman konteks budaya masih sulit ditiru, banyak pekerjaan penerjemahan dasar kini dilakukan oleh mesin seperti Google Translate atau DeepL. Hal ini membuat penerjemah pemula berpotensi tergantikan dalam jangka panjang.
-
Fotografi Korporat Sederhana
Di bidang fotografi, AI dapat mengotomatiskan tugas-tugas fotografi sederhana seperti pengaturan pencahayaan, komposisi, dan pengeditan. Bagi fotografi dasar untuk website atau foto acara korporat, banyak perusahaan mulai beralih ke AI untuk menghemat biaya. Meskipun pekerjaan ini tidak sepenuhnya tergantikan, peran fotografer pemula bisa berkurang.
Mengapa Pekerjaan Ini Rentan?
Beberapa pekerjaan ini rentan tergantikan oleh AI karena memenuhi beberapa kriteria, Pertama Tugas yang Repetitif dan Berulang karena pekerjaan yang membutuhkan prosedur berulang lebih mudah ditiru oleh AI. Kedua, Keterampilan yang Terdefinisi dengan Jelas karena tugas dengan aturan yang jelas dan minim kreativitas lebih mudah diotomatisasi.
Dan yang terakhir yaitu yang Tidak Membutuhkan Kreativitas atau Pemecahan Masalah Tinggi, karena Tugas yang bersifat rutin dan mudah didefinisikan lebih mudah dijalankan oleh mesin.
Dampak bagi Indonesia
Kemajuan AI di Indonesia akan membawa perubahan signifikan dalam struktur pekerjaan. Pekerjaan-pekerjaan yang rentan tergantikan oleh AI bisa meningkatkan produktivitas perusahaan, namun berpotensi menciptakan masalah sosial seperti pengangguran dan kesenjangan ekonomi.
Selain itu, AI dapat membantu meningkatkan efisiensi di berbagai sektor, tetapi efek sampingnya adalah berkurangnya lapangan kerja di sektor-sektor tertentu. Dengan meningkatnya ketimpangan sosial akibat AI, pemerintah perlu menyiapkan strategi untuk mencegah dampak negatifnya.
Solusi dan Persiapan
-
Pengembangan Keterampilan
Penting untuk terus mengembangkan keterampilan yang sulit ditiru oleh AI, seperti kreativitas, berpikir kritis, dan kemampuan interpersonal. Keterampilan ini lebih sulit untuk diotomatisasi, sehingga menjadi nilai tambah dalam dunia kerja masa depan.
Lembaga pendidikan perlu menyesuaikan kurikulum agar relevan dengan kebutuhan masa depan. Pelajaran teknologi, kreativitas, dan pemecahan masalah harus menjadi prioritas agar generasi muda memiliki bekal yang cukup untuk menghadapi era AI.
Program pelatihan ulang bagi pekerja yang terdampak menjadi solusi penting untuk mengurangi pengangguran. Pemerintah dan sektor swasta bisa bekerja sama untuk mengembangkan program retraining guna membantu pekerja beradaptasi dengan perubahan ini.
Di tengah pesatnya perkembangan AI, penting bagi pekerja di Indonesia untuk beradaptasi dan mengembangkan keterampilan yang sulit digantikan oleh mesin. Banyak pekerjaan rentan tergantikan, tetapi AI juga membuka peluang baru di sektor-sektor yang memerlukan kreativitas, empati, dan keterampilan sosial.
Adaptasi adalah kunci untuk tetap relevan di dunia kerja masa depan, dan dengan upaya yang tepat dari pemerintah, lembaga pendidikan, dan perusahaan, kita dapat memanfaatkan potensi AI tanpa meninggalkan dampak buruk bagi masyarakat.
AI bukan hanya menggantikan tugas-tugas yang repetitif dan berbasis data tetapi juga membuka peluang baru dalam sektor yang membutuhkan kreativitas, kecerdasan emosional, dan keterampilan kompleks.
Halaman Selanjutnya
Menurut Bernard Marr dalam Forbes, AI dapat mengurangi kesalahan dan memungkinkan pegawai fokus pada tugas yang lebih kompleks. Di Indonesia, penggunaan AI untuk tugas administratif sudah mulai dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar demi efisiensi operasional.