Jakarta, VIVA – Para pekerja Wall Street tengah bersiap menghadapi gelombang besar PHK yang diproyeksikan akan berdampak signifikan pada dunia kerja di sektor keuangan. Hal ini, diketahui lantaran didorong oleh kemajuan teknologi kecerdasan buatan (AI) dan otomatisasi, yang kini mulai menggantikan peran manusia.
Berdasarkan survei yang dilakukan Bloomberg Intelligence, yang melibatkan nama besar seperti Citigroup, JPMorgan Chase, dan Goldman Sachs, posisi di middle office dan operasional menjadi yang paling rentan dengan adanya AI.
Melansir dari Forbes, survei tersebut mengungkapkan bahwa bank global diperkirakan akan mengurangi hingga 200.000 posisi dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Pada Juni, Citigroup melaporkan bahwa sektor perbankan menjadi industri yang paling mungkin terkena dampak otomatisasi AI dibandingkan sektor lainnya.
Ilustrasi karyawan terkena PHK.
Bahkan, sekitar 54% pekerjaan di sektor perbankan, memiliki potensi tinggi untuk diautomasi. Menurut survei yang sama, kepala informasi dan teknologi di Wall Street memperkirakan pengurangan tenaga kerja rata-rata sebesar 3% dalam organisasi mereka.
Lebih dari 25% responden bahkan memperkirakan pengurangan tenaga kerja yang lebih besar, yakni antara 5% hingga 10%. Secara keseluruhan, penggunaan AI diproyeksikan meningkatkan produktivitas dan menghasilkan tambahan keuntungan sebesar USD 180 miliar pada tahun 2027, dengan laba sebelum pajak yang meningkat 12% hingga 17%.
Meskipun demikian, beberapa pemimpin industri menekankan bahwa AI bukan semata-mata untuk menggantikan manusia, melainkan untuk meningkatkan produktivitas. Teresa Heitsenrether, yang memimpin inisiatif AI di JPMorgan, menyatakan bahwa penerapan AI generatif sejauh ini justru memperkuat peran pekerjaan yang ada.
Hal senada juga diungkapkan oleh CEO JPMorgan, Jamie Dimon, yang melihat potensi AI untuk meningkatkan kualitas hidup. Namun, dia mengakui bahwa meskipun ada posisi yang dihilangkan, teknologi ini akan mengubah pola kerja secara signifikan.
Fenomena ini bukan hanya terjadi di sektor keuangan. Di sektor teknologi, CEO Meta, Mark Zuckerberg, menyebut bahwa AI dapat menggantikan insinyur perangkat lunak level menengah pada tahun 2025. Dalam wawancaranya, Zuckerberg menjelaskan bahwa meskipun investasi awal untuk AI cukup mahal, potensi keuntungan jangka panjang dari menggantikan peran ini terlalu besar untuk diabaikan.
AI bahkan diperkirakan mampu menulis kode dengan efisiensi setara dengan insinyur berpengalaman yang saat ini mendapatkan gaji hingga ratusan ribu dolar.
Lewat adopsi AI yang semakin masif, Wall Street kini berada di persimpangan, antara meningkatkan efisiensi teknologi atau menciptakan ketidakpastian baru bagi ribuan pekerja yang terancam kehilangan pekerjaan.
Halaman Selanjutnya
Hal senada juga diungkapkan oleh CEO JPMorgan, Jamie Dimon, yang melihat potensi AI untuk meningkatkan kualitas hidup. Namun, dia mengakui bahwa meskipun ada posisi yang dihilangkan, teknologi ini akan mengubah pola kerja secara signifikan.