Jakarta, VIVA – Inilah kebiasaan Gen Z yang bisa bikin makin miskin. Sebagaimana diketahui, generasi Z atau Gen Z, sering dikenal sebagai generasi dengan gaya hidup serba digital dan memiliki akses yang mudah terhadap berbagai teknologi.
Namun, berbagai kemudahan ini juga bisa menjadi bumerang jika tidak diiringi dengan pengelolaan keuangan yang baik. Di tengah banyaknya pilihan layanan, produk, dan gaya hidup yang menarik, kebiasaan-kebiasaan tertentu dapat membuat Gen Z rentan mengalami masalah keuangan.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah perilaku doom spending, yaitu kebiasaan belanja impulsif yang muncul saat menghadapi stres atau ketidakpastian. Selain itu, ada beberapa kebiasaan lain yang tak kalah merugikan jika mereka tak segera mengubahnya. Apa saja?
7 Kebiasaan Gen Z yang Bisa Bikin Makin Miskin
Ilustrasi Payment pakai Dompet Digital
Photo :
- www.freepik.com/rawpixel.com
Melansir dari Bread Financial, berikut ini beberapa kebiasaan buruk Gen Z yang bisa membuat mereka memiliki masalah keuangan:
1. Mengabaikan Anggaran Bulanan
Banyak Gen Z yang tidak memiliki anggaran pengeluaran yang teratur atau bahkan tidak tahu seberapa besar pengeluaran mereka setiap bulan. Hal ini membuat mereka kerap menghabiskan uang lebih dari yang mereka hasilkan. Alhasil, mereka sulit untuk mencapai kestabilan finansial, bahkan rentan pula terhadap utang.
2. Pengeluaran Tinggi pada Barang Non-Essential
Gen Z kerap mengalokasikan sebagian besar pendapatan mereka untuk keperluan yang tidak esensial seperti makan di luar, hiburan, fashion, dan teknologi. Meskipun tidak ada yang salah dengan menikmati hasil kerja, namun jika pengeluaran ini dilakukan secara berlebihan, bisa membuat keuangan mereka kembang-kempis.
3. Ketergantungan pada Kredit
Penggunaan kartu kredit, paylater atau pinjaman berbunga tinggi, kerap menjadi pilihan untuk memenuhi gaya hidup dan keinginan impulsif. Namun, tanpa pengelolaan yang tepat, kebiasaan ini dapat menumpuk utang yang sulit dilunasi dan menimbulkan beban finansial yang lebih berat.
4. Sering Gonta-Ganti Pekerjaan
Gen Z dikenal sering berpindah pekerjaan dengan alasan mencari tantangan baru atau peluang yang lebih baik. Meskipun hal ini positif untuk perkembangan karier, namun sering berganti pekerjaan bisa menyebabkan ketidakstabilan pendapatan dan mempersulit perencanaan keuangan jangka panjang.
5. Berlangganan Banyak Layanan Digital
Banyaknya layanan streaming, aplikasi premium, dan platform teknologi, membuat Gen Z kerap berlangganan beberapa layanan sekaligus. Kebiasaan ini tanpa disadari membuat pengeluaran membengkak, terutama jika tidak ada kontrol yang ketat terhadap layanan yang sebenarnya tidak selalu dibutuhkan.
6. Doom Spending
Belanja impulsif atau doom spending sering dilakukan Gen Z saat merasa stres atau menghadapi situasi yang membuat mereka cemas. Kebiasaan ini bisa merugikan karena selain menguras tabungan, doom spending juga bisa membuat mereka merasa bersalah setelahnya.
7. Mengabaikan Dana Darurat
Gen Z cenderung lebih mengutamakan pengeluaran untuk kebutuhan jangka pendek dibandingkan menabung untuk masa depan. Tanpa adanya dana darurat, mereka menjadi lebih rentan terhadap biaya tak terduga, seperti biaya kesehatan atau perbaikan motor atau tempat sewa yang sifatnya mendadak.
Halaman Selanjutnya
Banyak Gen Z yang tidak memiliki anggaran pengeluaran yang teratur atau bahkan tidak tahu seberapa besar pengeluaran mereka setiap bulan. Hal ini membuat mereka kerap menghabiskan uang lebih dari yang mereka hasilkan. Alhasil, mereka sulit untuk mencapai kestabilan finansial, bahkan rentan pula terhadap utang.