Phnom Penh, VIVA – Mantan Perdana Menteri Kamboja yang masih berpengaruh, Hun Sen membantah kabar yang dihembuskan surat kabar Thailand bahwa dirinya telah meninggalkan Kamboja menuju Tiongkok di tengan ketegangan yang memuncak antara Thailand dan Kamboja di perbatasan.
"Saya ingin mengonfirmasi bahwa saya saat ini berpartisipasi dalam komando militer melalui video dan sarana lainnya bersama Perdana Menteri, Menteri Pertahanan Nasional, Panglima Angkatan Darat, dan para komandan angkatan bersenjata di semua tingkatan untuk melawan penjajah Thailand. Saya tidak melarikan diri. Saudara-saudara sebangsa, jangan khawatir!" kata Hun Sen dalam keterangan di akun media sosialnya, Kamis, 14 Juli 2025.
Ia kemudian mengunggah foto-foto di media sosial yang diambil di ruang komando pertempuran melawan Thailand. Hun Sen nampak bersama sejumlah petinggi Kamboja di sebuah ruangan yang tak disebutkan namanya.
Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen klarifikasi dituduh melarikan diri
"Saya telah duduk di sini sejak Panglima Daerah Militer ke-2 Thailand mengumumkan penutupan pintu masuk Kuil Ta Moan Thom. Beliaulah yang memulai perang ini dengan memerintahkan penutupan Kuil Ta Moan Thom kemarin dan menembaki tentara Kamboja pagi ini," ujar Hun Sen.
"Dialah orang yang pernah memperingatkan akan menyerang Kamboja hanya dalam tiga hari. Saya juga ingin tahu strategi tiga harinya. Kebohongan para politisi dan media Thailand telah menjadi budaya standar mereka. Teruslah menipu. Jangan bicara bahasa Thailand kepada saya!" sambungnya
Siap Tempur!
Hun Sen sebelumnya memperingatkan Thailand agar tidak melakukan agresi setelah Angkatan Darat Thailand mengaktifkan Operasi Chakrabongse Phuwanat, yang mencerminkan konflik Preah Vihear 2011.
Ledakan ranjau darat kedua dalam waktu kurang dari seminggu telah mengguncang perbatasan Thailand-Kamboja, melukai serius seorang tentara Thailand dan melukai empat lainnya.
Insiden tersebut terjadi pada sore hari tanggal 23 Juli 2025, di daerah Chong An Ma, distrik Nam Yuen, provinsi Ubon Ratchathani. Seorang tentara dilaporkan kehilangan satu kakinya akibat ledakan tersebut.
Pihak berwenang Thailand menduga bahwa pasukan Kamboja mungkin telah secara diam-diam menanam ranjau darat anti-personel di daerah tersebut—suatu tindakan yang melanggar Konvensi Ottawa, yang telah ditandatangani oleh Kamboja.
Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen klarifikasi dituduh melarikan diri
Menanggapi hal ini, Thailand telah meningkatkan sikapnya secara signifikan. Wilayah Angkatan Darat Kedua memerintahkan penutupan empat pos pemeriksaan perbatasan dan tempat-tempat keagamaan di bawah yurisdiksinya.
Selain itu, militer Thailand menerapkan Rencana Chakrabongse Bhuvanath, sebuah rencana kontingensi yang terakhir kali diaktifkan selama konflik Kuil Preah Vihear tahun 2011. Langkah-langkah tersebut secara resmi mulai berlaku pada tanggal 24 Juli, di tengah meningkatnya ketegangan.
Menambah keresahan, Khmer News melaporkan pada akhir tanggal 23 Juli bahwa unit-unit militer Kamboja telah dimobilisasi di dekat perbatasan Thailand-Kamboja. Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen membuat pernyataan yang jarang terjadi dan konfrontatif, yang menandakan sikap garis keras.
"Kamboja sepenuhnya siap tempur," tegas Hun Sen, sambil memperingatkan Thailand: “Jangan membanggakan kekuatan militer Anda yang superior atau berpikir untuk menyerang Kamboja. Anda akan menghadapi pembalasan yang paling keras,"
Situasi masih belum stabil, dengan peningkatan kewaspadaan di kedua sisi perbatasan.
Halaman Selanjutnya
Hun Sen sebelumnya memperingatkan Thailand agar tidak melakukan agresi setelah Angkatan Darat Thailand mengaktifkan Operasi Chakrabongse Phuwanat, yang mencerminkan konflik Preah Vihear 2011.