Amerika Serikat, VIVA – Donald Trump terus berupaya untuk memikat hati warga Paman Sam agar memberikan suaranya pada Pemilu AS 2024. Trump kembali menggunakan jurus lawas yang mengantarkannya mengungguli Hillary Clinton pada tahun 2016.
Kelas menengah AS menyusut dari tahun ke tahun. Pew Research Center menunjukkan persentase masyarakat berpenghasilan rendah meningkat dari 27 persen pada tahun 1971 menjadi 30 persen pada tahun 2023.
Alhasil, kelas pekerja dan masyarakat berpenghasilan menengah menjadi kalangan pemilih paling besar pada pesta demokrasi AS tahun ini. Tidak heran jika Donald Trump maupun Kamala Harris mencoba berbagai cara untuk menarik perhatian kelompok demografi tersebut.
Trump menyempatkan mengganti jasnya menjadi celemek salah satu restoran cepat saji di kawasan Pennsylvania jelang pelaksanaan pemungutan suara di AS. Ia berdiri di dekat penggorengan kentang untuk menyajikan kepada pembeli melalui jendela di jalur drive-thru.
Aksi Trump menjadi pelayan restoran ternama ternyata merupakan strategi pendekatan kepada kelas pekerja. Para ahli sepakat Trump yang notabenenya seorang miliarder memiliki 'keunggulan' di antara para pemilih kelas pekerja yang dianggap sebagai simbol kemakmuran.
Dikutip dari Aljazeera pada Selasa (5/11/2024), Survei yang dilakukan Progressive Policy Institute pada tahun 2023 meminta kelas pekerja untuk memilih presiden yang telah berkontribusi terhadap mereka selama 30 tahun terakhir. Hasilnya, Trump menang telak yang mana lebih dari 44 persen memilih putra konglomerat real estate dan hanya 12 persen yang memilih Joe Biden.
"Ini sungguh ironis," ujar Profesor di Fakultas Hukum Universitas Virginia, Bertrall Ross.
Ross menilai Trump tidak pernah memberikan dukungan nyata terhadap kaum pekerja maupun masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, Trump justru seolah-olah membanun citra diri sebagai pembela masyarakat miskin.
Trump bahkan menghindari pertanyaan awak media tentang dukungan peningkatan upah minimum saat menjadi pelayan restoran di Pennsylvania. Padahal, regulasi tersebut sangat membantu para pekerja dalam meningkatkan kesejahteraan.
Di samping itu, Trump merupakan pewaris kerajaan bisnis real estate yang diwarisi dari mendiang ayahnya, Fred Trump. Kepribadiannya di depan publik sebagai pengusaha sukses dan sangat berbanding terbalik dengan tindakannya menjadi pelayan restoran demi menarik suara kalangan menengah.
Para ahli mengatakan strategi Trump dengan menjadikan dirinya senasib dengan kelas pekerja. Selain menjadi pelayan restoran cepat saji, Trump mengatakan "Kalian semua sama seperti saya. Itu sama saja. Kita dilahirkan dengan cara yang sama," saat ditemui di sebuah tempat pada bulan Oktober 2024.
Ross mengatakan strategi ini terbilang sukses yang membuat Trump banyak dicintai kalangan kelas pekerja hingga berhasil menjadi kuda hitam pada pemilu AS tahun 2016 silam. Trump juga berhasil menarik hati basis pemilihnya yang merupakan kelas pekerja dan tidak mengenyam pendidikan tinggi.
"Ia mempunyai keunggulan ini sejak pertama kali mencalonkan diri pada tahun 2016. kelebihan (dicintaii kalangan pekerja dan masyarakat berpenghasilan rendah) itu masih ada dan mungkin lebih kuat dalam pemilihan ini dibandingkan pada tahun 2016 dan tahun 2020," imbuh Ross.
Halaman Selanjutnya
Ross menilai Trump tidak pernah memberikan dukungan nyata terhadap kaum pekerja maupun masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, Trump justru seolah-olah membanun citra diri sebagai pembela masyarakat miskin.