Jakarta, VIVA – Subholding Upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi melalui anak usahanya yakni PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) melakukan transformasi digital dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) di Wilayah Kerja (WK) Rokan atau Blok Rokan. Hal ini dilakukan demi meningkatkan efektivitas dan efisiensi.
"Jadi pemanfaatan AI itu tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi produksi minyak dan gas bumi di WK Migas yang dikelola oleh PHR," kata Vice President (VP) Information Technology PHR, Triatmojo Rosewanto, dalam konferensi pers 'PHR Digital Day 2024' di kantornya, Jakarta, Senin, 11 November 2024.
Wilayah Kerja (WK) Migas Rokan. (foto ilustrasi)
Photo :
- VIVA/Mohammad Yudha Prasetya.
Dia mengatakan, pemanfaatan AI itu salah satunya dilakukan untuk memantau operasi produksi WK migas melalui big data, yang dipantau secara real time di Digital Innovation Center PHR.
"Untuk secara real time melihat apa yang terjadi pada saat itu, supaya kemudian bisa segera diambil keputusan," ujarnya.
Dengan peran PHR yang berkontribusi terhadap 25 persen dari total produksi nasional, Tri menilai bahwa langkah transformasi digital merupakan strategi yang sangat penting. Terlebih, hasil produksi PHR itu sepenuhnya memang dialokasikan untuk kebutuhan energi domestik.
Melalui penerapan teknologi dan inovasi mutakhir terkini di seluruh aspek operasionalnya, Tri meyakini bahwa PHR akan semakin mampu menjawab berbagai tantangan di industri energi hari ini. Misalnya seperti soal kebutuhan peningkatan efisiensi, aspek keselamatan, dan keberlanjutan perusahaan.
"Jadi kalau di (sektor) hulu migas, data yang banyak itu ternyata bisa membantu kita," kata Tri.
Dia mengakui, pemanfaatan inovasi digital dalam tiga tahun terakhir, telah berhasil membuat PHR melakukan pemboran sumur baru sebanyak 1.300 sumur. Bahkan, selama proses penambahan sumur baru di WK-WK kelolaan PHR, Tri menegaskan bahwa perusahaan juga berhasil ikut mendongkrak produksi migas nasional.
Hal itu menurut Tri telah ikut membantu meningkatkan produksi migas PHR. Sebab, tanpa adanya inovasi, produksi migas PHR bisa turun hingga 11 persen per tahun.
"Jadi itu semua (transformasi digital) memang diusahakan, supaya ini (produksi) bisa bertahan. Karena kalau kita enggak melakukan apa-apa, decline rate itu secara umum kira-kira 10-11 persen per tahun," kata Tri.
"Karena pada waktu kita alih kelola itu (produksi) di Angka 158-159 (ribu barel per hari). Kalau kita enggak melakukan apapun, mungkin sekarang sudah di 110-112 (ribu barel per hari). Tapi sekarang (produksi) kita di 160 (ribu barel per hari tahun 2023)," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
"Jadi kalau di (sektor) hulu migas, data yang banyak itu ternyata bisa membantu kita," kata Tri.