KLH Soroti Masalah Limbah Baterai Ketika Kendaraan Listrik Makin Laku

4 hours ago 1

Kamis, 13 Maret 2025 - 23:36 WIB

Jakarta, VIVA –  Kendaraan listrik makin dilirik oleh masyarakat Indonesia, selain isu ramah lingkungan karena kehematannya. Atas hal tersebut, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH)/Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) menyoroti soal limbah baterainya.

KLH menilai limbah baterai kendaraan listrik (electric vehicle/EV) akan menjadi isu penting dalam tiga sampai empat tahun ke depan seiring dengan bertambahnya pengguna EV. Hal itu disampaikan Deputi Bidang Pengendalian Perubahan Iklim dan Tata Kelola Nilai Ekonomi Karbon KLH/BPLH Ary Sudjianto. 

Menurutnya, dengan berkembangnya ekosistem EV di Indonesia maka dibutuhkan tata kelola daur ulang limbah baterai untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan.

"Kita juga sadar bahwa hal ini yang akan kita hadapi mungkin dalam tiga atau empat tahun yang akan datang. Cara kita mengolah limbah baterai adalah hal yang perlu diperhatikan apabila baterai yang digunakan untuk EV semakin banyak," kata Ary, dikutip dari Antara, Kamis 13 Maret 2025.

Ilustrasi baterai motor listrik Honda

Ary mengatakan, saat ini Indonesia belum memiliki fasilitas maupun industri yang mendukung pengolahan baterai EV. Akan tetapi, dia optimistis pada pengembangan sektor pengolahan baterai EV karena Indonesia memiliki modalitas dan pengalaman dalam mengolah baterai konvensional.

"Untuk baterai konvensional, kita sudah memiliki infrastruktur untuk mengelolanya. Kita juga memiliki industri untuk mengolahnya dan juga industri yang menggunakan bahan yang telah didaur ulang dari limbah baterai," ujar dia.

"Limbah baterai ini akan jauh lebih besar daripada baterai konvensional ketika kita meningkatkan penggunaan kendaraan listrik hingga 15 juta unit pada tahun 2030. Jadi ini adalah masalah yang perlu kita atasi," kata Ary.

Baterai mobil listrik Tesla Model S

Diketahui, Anggota Komisi XII DPR RI Dewi Yustisiana mengatakan Pemerintah Indonesia memiliki urgensi tinggi untuk meningkatkan penggunaan kendaraan listrik sebagai solusi mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak (BBM) dan polusi udara.

Pemerintah dan swasta juga gencar membangun infrastruktur kendaraan listrik dalam beberapa tahun terakhir, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU) melonjak 300 persen, dari sekitar 1.000 unit pada 2023 menjadi lebih dari 3.000 unit pada 2024.

Sementara itu, fasilitas home charging services (HCS) tumbuh lebih dari 300 persen, pada 2023 sejumlah 9.000 unit menjadi 28.000 unit pada 2024.

Halaman Selanjutnya

"Limbah baterai ini akan jauh lebih besar daripada baterai konvensional ketika kita meningkatkan penggunaan kendaraan listrik hingga 15 juta unit pada tahun 2030. Jadi ini adalah masalah yang perlu kita atasi," kata Ary.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |