Menilik 'Dapur Raksasa' IMIP: Jantung Hilirisasi Industri Nikel Nasional di Morowali

5 hours ago 2

Morowali, VIVA –  Matahari baru saja naik dari  atas ufuk timur – di ujung pantai Fatufia, penanda pagi beranjak menuju siang di Bahadopi, sebuah kecamatan baru hasil pemekaran Bungku Selatan yang super sibuk. 

Berjarak 53 kilometer dari ibu kota Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, berada di pinggir pantai menghadap Laut Banda, Bahodopi bak kota industri yang terus menggeliat -- tak pernah ‘tidur’. Berlatar kapal-kapal pengangkut di tengah laut ‘mengantre’ merapat ke dermaga bongkar muat.

Ratusan alat berat nampak lalu-lalang, deru mesin raksasa menggelegar, tungku raksasa panas merah menyala, konveyor pengantar material berkilometer bergerak tanpa henti, pipa-pipa raksasa saling terhubung, cerobong menjulang-mengepulkan asap, ciri lekat dari sebuah industrialisasi. 

Hiruk-pikuk orang berseragam dengan skotlet menyala, helm dan sepatu safety melekat di tubuhnya. Mereka ‘shifting’ memutari waktu—menggerakkan industri sepanjang hari tanpa jeda. Di sinilah jantung industri nikel Indonesia berdetak, di PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). 

Kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP)

IMIP adalah kawasan industri pengolahan nikel yang berdiri di atas lahan yang luasnya mencapai 4.000 hektare, dengan produksi 4,2 juta ton Nickel Pig Iron (NPI) per tahun, menjadikannya industri nikel terbesar di Asia Tenggara. 

NPI dihasilkan dari 13 perusahaan yang merupakan pemain utama industri NPI di IMIP. Dengan produksi 4,2 juta ton per tahun, kawasan industri IMIP menjadi  salah satu pusat produksi NPI terbesar di dunia. 

Di kawasan IMIP juga memproduksi stainless steel, carbon steel, dan bahan baku baterai lithium-ion, yang kelak menjadi bahan baku otomotif listrik, peralatan rumah tangga, hingga konstruksi gedung pencakar langit di berbagai belahan dunia.

Jurnalis VIVA berkesempatan mengikuti ‘Media Tour’ di Kawasan PT IMIP Morowali pada 20-23 Juli 2025, melihat lebih dekat industri pengolahan nikel terbesar itu, rantai-pasok industri nikel hingga seberapa besar manfaat yang diberikan IMIP bagi Indonesia. 

Secara umum, nilai investasi di kawasan IMIP hingga tahun 2024 mencapai USD 34,3 miliar, atau sekitar Rp 552,23 triliun dengan kurs saat ini. Adapun devisa yang dihasilkan dari ekspor produk IMIP pada tahun 2024 mencapai USD 15,45 miliar, atau sekitar Rp 252,8 triliun.

Untuk menopang produksi, penyerapan tenaga kerja menjadi yang paling krusial. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah tenaga kerja di IMIP terus melonjak 100 kali lipat. Dari tahun 2020 di angka 35,952 pekerja meningkat 85,520 pekerja, per Juni 2025. 

Klaster Pengolahan Nikel

Ada tiga klaster utama yang berada di dalam kawasan industri IMIP, yakni Klaster Stainless Steel (baja tahan karat), meliputi pengolahan bijih nikel menjadi Nickel Pig Iron (paduan besi-nikel dengan kadar nikel rendah), Stainless Steel Slab (lempeng baja tahan karat), SS Hot Rolled Coil (gulungan baja tahan karat), SS Cold Rolled Coil (gulungan baja tahan karat), Ferro silicone (proses pembuatan baja tahan korosi), Ferrochrome (produksi stainless steel), dan FeNi Luppen (paduan nikel dan besi).

Proses pengolahan bijih nikel di smelter IMIP Morowali

Klaster Carbon Steel, meliputi pengolahan Coke (Kokas bahan reduktor dalam industri baja), Steel Scrap Processing (pengolahan skrap Baja), Steel Hot Rolled Coil (baja gulungan canaii panas), Steel Wire Rod (batang kawat baja). 

Klaster EV Battery Materials (Bahan baku baterai EV), meliputi pengolahan Sulfuric Acid (senyawa kimia yang digunakan untuk industri) MHP (Katoda baterai kendaraan Listrik), Electrolytic Nickel (bahan baku baterai), dan Electrolytic Manganese (bahan baku baterai). 

Ada juga pendukung lainnya seperti pengolahan Electrolytic Aluminum (casing baterai EV), Silicone Manganese, Lithium (Komponen utama baterai Listrik), Graphite Anode (Anoda pada baterai lithium-ion), Argon Oxygen (proses pemurnian logam), Plastic Raw Materials Selection (produksi komponen plastik dalam otomotif).

Dari tiga klaster industri utama tersebut, seluruhnya dikerjakan oleh puluhan tenant, terdiri dari perusahaan-perusahaan industri kaliber internasional yang terlibat dalam proses produksi industri pengolahan, konstruksi, hingga perencanaan di dalam satu kawasan terintegrasi IMIP. Hasil produksinya diekspor langsung ke China dan beberapa negara lainnya. 

“Ada sekitar 50 tenant di dalam Kawasan IMIP. Antara lain berasal dari China, Jepang, Korea, Australia, Indonesia,” kata Communications Director PT IMIP, Emilia Bassar.

Emilia merinci beberapa tenant utama dalam Kawasan IMIP adalah Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), Dexin Steel Indonesia (DSI), QMB New Energy Materials, Huayue Nickel Coblat Indonesia (HYNC), CNGR Ding Xing New Energy (CDNE), dan Merdeka Tsinghan Indonesia (MTI)

Memasuki kawasan IMIP, seketika disuguhi pemandangan industrialisasi yang masif. Deretan pabrik dengan mesin-mesin canggih berjajar, pipa-pipa raksasa memalang di atas jalan – saling terhubung sebagai satu kesatuan dari lini produksi. 

Suara dentuman mesin, lalu-lalang alat berat pengangkut logam, nyala api dari tungku peleburan nikel membuat suhu begitu panas, ditambahn jalan berdebu. Ada beberapa pembangkit listrik raksasa berdiri kokoh di tengah kawasan, berfungsi mensuplai energi untuk industri. Gambaran nyata dari denyut nadi hilirisasi industri di Sulawesi Tengah ini. 

Proses pengolahan pig iron di PT Denxin Steel di kawasan IMIP

Semua areanya nyaris terbangun. Sedikit pohon-pohon pemanis di pinggiran jalan, ada drainase tak terlalu besar di depan pabrik dan kanal pembuangan. Pemandangannya kontras dengan hamparan bukit yang perlahan berubah rupa menjadi satu kawasan industri.

Di depan pabrik memancar selang-selang air dengan semburan keras, menyemprot ke bagian roda truk yang mengantar bahan baku produksi. “Itu disemprot agar truk bersih tidak mengotori pabrik dan jalan dari tanah,” kata Djoko Suprapto, Senior Manager General Affair IMIP.

Jargon-jargon K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) terpampang dimana-mana. Di pinggiran jalan hingga dinding-dinding pabrik, bersanding dengan panduan SOP kerja dan alur produksi, untuk memastikan setiap pekerjaan sesuai standar keamanan dan kualitas. 

Jargon K3 dipasang masif sebagai pengingat bahwa ‘Keselamatan lebih utama dari target produksi. Tanpa kehati-hatian dalam bekerja, mustahil target produksi akan tercapai’. Begitu tulisnya. Itu kenapa setiap pekerja maupun pengunjung di area kawasan IMIP wajib mengenakan helm, rompi-seragam khusus, masker dan sepatu safety. 

Stainless Steel Berkualitas Tinggi

Menengok proses produksi pengolahan nikel di PT GCNS (PT. Indonesia Guang Ching Nickel and Stainless Steel Industry), salah satu perusahaan yang beroperasi di dalam kawasan industri IMIP, memproduksi pengolahan bijih nikel menjadi stainless steel. GCNS termasuk dalam klaster stainless steel.

Di klaster ini, terdapat 54 lines tungku smelter pengolahan bijih nikel menjadi Nickel Pig Iron (NPI) hingga stainless steel, dengan total produksi NPI 4,475 metric ton per tahun, sementara kapasitas produksi stainless steel mencapai 15,6 juta metric ton per tahun.

Proses pengolahan bijih nikel hingga menjadi stainless steel berkualitas tinggi, berasal dari bijih nikel saprolite, jenis bijih nikel yang memiliki kandungan nikel lebih tinggi (biasanya 1.5% - 3%), yang dipanaskan dengan tamperatur tinggi untuk mengubah bijih dan material logam menjadi logam yang diinginkan. Proses ini disebut Pirometalurgi. 

Gulungan stainless steel dari olahan nikel di kawasan IMIP Morowali

Proses pengolahan Pirometalurgi menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF). Bijih saprolite dihancurkan dan dipanaskan melalui tungku putar (rotary kiln) dan dilebur dalam tungku listrik (electric furnace) bersuhu 1.400-1.800 derajat Celcius. 

Semua proses dan alur pengolahan ini dilakukan dengan sangat cermat dan hati-hati. Terdapat ruang kontrol yang berisi puluhan monitor – memantau setiap menit alur pengolahan untuk memastikan pelaksanaan SOP keselamatan dan kualitas mutu produk.

Bijih nikel dipanaskan untuk mengurangi kadar air hingga nol persen, proses ini sangat krusial dalam pengolahan bijih nikel karena menyangkut efisiensi ekstraksi nikel dan pemrosesan selanjutnya. “Kalau ada satu persen saja air itu bisa muncul ledakan,” ujar salah satu staf operator di PT GCNS

Dari bijih nikel yang dipanaskan itu menghasilkan Nickel Pig Iron (NPI) dengan kadar nikel 10 persen, feronikel (bahan baku stainless steel) berkadar nikel 15-40 persen, serta nikel matte (bahan baku baterai) berkadar nikel tinggi hingga 80 persen. 

Bahan baku yang dihasilkan dari smelting bijih nikel ini kemudian diolah menjadi berbagai produk stainless steel dan turunannya. Seperti Stainless Steel, SS Hot Rolled Coil, SS Cold Rolled Coil, Ferro silicone, dan Ferrochrome. 

Semua  produk stainless steel dan turunannya ini, dapat diaplikasikan untuk kebutuhan industri manufaktur, konstruksi, otomotif, industri pesawat terbang, industri kereta api, elektronik, kemasan, hingga peralatan dapur dan rumah tangga.

Ada juga produk yang dihasilkan dari olahan nikel dengan kualitas nomor wahid di kawasan IMIP. PT CNGR Dingxing New Energy, yang beroperasi di kawasan IMIP, menghasilkan produk nikel elektrolitik (Electrolytic Nickel) dengan kadar tinggi, mencapai 99,99%. 

Produk nikel elektrolitik yang diproduksi PT CNGR akan diekspor, untuk diperjual belikan di Bursa London Metal Exchange (LME) yang merupakan bursa perdagangan logam dasar terbesar dunia.

Sementara klaster carbon steel memproduksi besi baja berkualitas tinggi ini juga melalui alur proses produksi yang rigit. Seperti saat mengunjungi PT Dexin Steel Indonesia, produsen baja di kawasan IMIP, yang menghasilkan pig iron (besi kasar) dan turunannya hingga 8 juta ton per tahun. 

Di pabrik ini, carbon steel diolah dari bijih besi (iron ore) dan kokas yang dipanaskan dalam suhu temperature tinggi untuk menghasilkan besi kasar (pig iron) dengan kandungan karbon tinggi. 

Pig iron diproses lebih lanjut dalam tungku oksigen-basa untuk mengurangi kandungan karbon dan menghilangkan kotoran, menghasilkan baja cair. Kemudian baja cair dituangkan ke dalam cetakan untuk membentuk berbagai bentuk, menjadi steel slab, steel plate, steel bar, dan steel wire rod.

“Walaupun demikian, klaster carbon steel ini tidak termasuk dalam hilirisasi. Ini hanya pabriknya saja ada di kawasan IMIP,” jelas Djoko Suprapto, Senior Manager General Affair IMIP.

Truk EV pengangkut material nikel di IMIP sedang mengganti baterai

Klaster Baterai EV dan Rahasia Produksi

Selanjutnya, Klaster bahan baku baterai kendaraan Listrik. Sayangnya, pada kesempatan itu awak media tidak dapat melihat secara langsung pengolahan baterai kendaraan listrik.

Kebijakan manajemen tenant dan kerahasiaan teknologi menjadi alasan pembatasan ke area pabrik komponen baterai EV. Hal serupa juga terjadi di beberapa tenant IMIP, meskipun boleh dikunjungi tapi tak diperkenankan mengambil gambar karena alasan diatas.  

Namun secara umum, melansir data dan informasi IMIP, klaster EV Battery dibangun untuk mendukung program energi bersih dan terbarukan yang digagas oleh pemerintah. Baterai EV tersusun dari empat bagian dalam konstruksi sel baterai, diantaranya anoda, katoda, separator dan elektrolit. 

Anoda dan katoda merupakan elemen berupa ion positif dan ion negatif yang menghasilkan muatan arus listrik positif dan negatif. Pada baterai lithium-ion, anoda terbuat dari grafit (karbon). Sedangkan katoda terbuat dari elemen kimia lithium disertai material nikel, kobalt dan mangan.

Setidaknya ada beberapa perusahaan baterai listrik yang beroperasi di IMIP:  PT Teluk Metal Industry (Memproduksi nikel sulfida); PT Meiming New Energy Material (Memproduksi Mixed Hydroxide Precipitate (MHP)); PT BTR New Energy Materials (Memproduksi grafit anoda); PT Chengtok Lithium Indonesia (CTLI)( Memproduksi lithium hidroksida dan lithium karbonat); PT ESG New Energy Material: (Memproduksi komponen baterai listrik); dan PT HYNC (Memproduksi komponen baterai listrik).

Bijih nikel limonit dengan kadar rendah menjadi bahan baku penting untuk produksi nikel kelas satu -- yang kelak digunakan untuk baterai mobil listrik. Nikel limonit diproses melalui High Pressure Acid Leaching (HPAL) atau hidrometalurgi, yang mengubah bijih nikel menjadi nikel matte atau produk lain yang siap digunakan untuk baterai.  

Bijih nikel mentah yang ditambang dari bumi Indonesia seluruhnya diproses melalui pengolahan dan pemurnian hingga menjadi produk bernilai tambah tinggi dilakukan di kawasan IMIP, seperti nikel, stainless steel, dan komponen baterai kendaraan listrik. Itulah hilirisasi.  

Dengan kata lain, hilirisasi di IMIP merupakan upaya untuk tidak hanya mengekstraksi nikel, tetapi juga mengolahnya menjadi produk jadi yang memiliki nilai ekonomi lebih besar, sebelum diekspor atau diaplikasikan lebih lanjut untuk kebutuhan manufaktur, konstruksi hingga perabot rumah tangga.

Halaman Selanjutnya

Untuk menopang produksi, penyerapan tenaga kerja menjadi yang paling krusial. Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah tenaga kerja di IMIP terus melonjak 100 kali lipat. Dari tahun 2020 di angka 35,952 pekerja meningkat 85,520 pekerja, per Juni 2025. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |