Damaskus, VIVA - Ukraina serius untuk perkuat hubungan dengan Suriah pasca jatuhnya rezim kepemimpinan Bashar al-Assad. Langkah strategis dilakukan Ukraina untuk bisa merangkul Suriah dalam kerja sama bilateral.
Upaya itu sepeti pada akhir Desember 2024, saat Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, memimpin delegasi resmi dalam kunjungan bersejarah ke Suriah. Dalam momen itu, Sybiha bertemu dengan Menteri Luar Negeri sementara Suriah, Asaad Hassan al-Shibani.
Selain itu, hadir juga sejumlah pemimpin pemerintahan transisi, termasuk Abu Mohammed al-Golani dari Hayat Tahrir al-Sham dalam pertemuan tersebut.
Ikhtiar Ukraina itu bertujuan memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah, sekaligus mengurangi dominasi Rusia. Demi mendukung langkah itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengirimkan 500 ton tepung terigu ke Suriah melalui Program Pangan Dunia (WFP) untuk membantu mengatasi krisis pangan yang masih melanda negara tersebut.
“Lebih dari dua lusin truk akan mengantarkan 500 ton tepung terigu pertama dari Ukraina ke Suriah. Ini adalah upaya nyata untuk mendukung ketahanan pangan dan membantu memulihkan perekonomian Suriah,” kata Sybiha dikutip pada Jumat, 10 Januari 2025.
Menteri Luar Negeri Ukraina, Andrii Sybiha, kunjungan ke Suriah.
Adapun dalam unggahan di media sosial X pada Senin, 30 Desember 2024, Presiden Zelenskyy menyampaikan bantuan itu akan didistribusikan untuk sekitar 33.250 keluarga atau setara dengan 167.000 orang dalam beberapa pekan mendatang. Dengan bantuan itu, masing-masing keluarga akan dapat paket tepung seberat 15 kilogram yang cukup untuk kebutuhan pangan selama satu bulan.
Diplomasi Strategis Ukraina
Dosen hubungan internasional dari Universitas Jenderal Soedirman, Dias Pabyantara menganalisa langkah Ukraina sebagai bagian dari strategi untuk memperkuat posisinya di Timur Tengah. Apalagi, saat ini rezim Assad sudah jatuh.
“Ukraina tidak hanya menunjukkan dukungannya terhadap stabilitas regional, tetapi juga membuka peluang kerja sama yang lebih luas di bidang ekonomi dan politik," kata Dias dikutip pada Jumat, 10 .
Dia menuturkan langkah Ukraina itu juga untuk menekan pengaruh Rusia di Timur Tengah.
"Ini adalah langkah strategis untuk mengurangi pengaruh Rusia di Timur Tengah," jelas Dias.
Menurut Dias, cara Ukraina itu ingin perluas jangkauan hubungan internasionalnya ke kawasan yang selama ini di bawah pengaruh Rusia.
“Langkah ini bukan hanya soal hubungan diplomatik, tetapi juga bentuk kehadiran Ukraina sebagai mitra dalam pemulihan negara pascakonflik," tuturnya.
Dias menyebut diplomasi Ukraina juga memperlihatkan ambisi negara itu bisa jadi aktor global yang mendukung stabilitas.
Pun, menurut Dias, bantuan tepung juga memperlihatkan nilai kemanusiaan di tengah kondisi sulit imbas perang dengan Rusia.
"Bantuan ini menunjukkan bahwa Ukraina tetap berkomitmen pada solidaritas global meskipun sedang berada dalam situasi sulit," ujarnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan ada potensi kerja sama ekonomi yang bisa berkembang dari hubungan dua negara itu.
"Kerja sama di bidang agrikultur adalah peluang strategis, terutama mengingat pentingnya ketahanan pangan bagi stabilitas jangka panjang," tuturnya."
Halaman Selanjutnya
Diplomasi Strategis Ukraina