Sulawesi, VIVA – Indonesia sangat kaya akan keindahan alamnya yang sudah terkenal hingga ke mancanegara. Tetapi, bukan hanya keindahan alam seperti gunung dan pantai, Indonesia memiliki lebih banyak tempat wisata tersembunyi yang belum diketahui banyak orang.
Salah satunya adalah situs bersejarah Leang-leang Archeological Park atau Taman Arkeologi Leang-leang yang berlokasi di kawasan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Scroll untuk tahu lebih lengkap, yuk!
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, meresmikan Leang-leang Archeological Park atau Taman Arkeologi Leang-leang dan Pusat Informasi Gambar Prasejarah sebagai simbol komitmen Kementerian Kebudayaan dalam pelestarian warisan budaya, sekaligus penegasan posisi Nusantara sebagai pusat peradaban tertua di dunia.
Kawasan Leang-leang ini menyimpan bukti jejak kreativitas manusia purba Nusantara. Oleh karena itu, banyak sekali hal yang harus dilestarikan dari tempat bersejarah ini agar bisa dikenal oleh masyarakat luas.
"Lukisan gua yang berusia antara 35.000 hingga 51.200 tahun ini bukan hanya goresan biasa, tetapi cerminan dari imajinasi dan kreativitas manusia purba. Situs ini mengingatkan kita bahwa Nusantara adalah laboratorium alami bagi evolusi manusia," ujar Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, dalam keterangannya, dikutip Selasa 14 Januari 2025.
Peresmian Taman Arkeologi Leang-Leang oleh Menteri Kebudayaan
Photo :
- VIVA.co.id/Rizkya Fajarani Bahar
Penemuan pertama di Leang-leang tercatat pada 1905 oleh Fritz dan Paul Sarasin, naturalis asal Swiss, dilanjutkan oleh penelitian H.R. van Heekeren pada 1950. Lukisan prasejarah di Leang-leang mengukuhkan kawasan ini sebagai saksi perjalanan panjang peradaban manusia.
"Penemuan-penemuan ini mematahkan dominasi teori ‘Out of Africa' dengan menunjukkan bahwa manusia purba tak hanya berkembang di Afrika, tetapi juga mencapai kemajuan signifikan di wilayah Nusantara,” tegas Fadli.
Selain Leang-leang, Menteri Kebudayaan ini juga mengunjungi gua-gua dengan gambar prasejarah tertua di dunia antara lain Leang Pettakere, Leang Jarie dengan gambar cap tangan berusia 39.500 tahun, dan Leang Karampuang dengan lukisan naratif tertua di dunia berumur 51.200 tahun.
Di sela peresmian dan kunjungannya ke wilayah arkeologi Leang-leang, Menteri Kebudayaan juga mendiskusikan inisiatif pelestarian warisan budaya berbasis komunitas. Dialog ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas pelestarian budaya dan akademisi, untuk memperkuat kolaborasi dalam mendukung pengakuan UNESCO terhadap kawasan Karst Maros-Pangkep sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage List).
"Leang-leang memiliki nilai universal yang sebanding dengan Pompeii Archeologica Park di Italia, Petra di Yordania, dan Colosseum di Roma. Pengakuan ini akan memperkuat narasi bahwa peradaban besar tak hanya lahir di Eropa, tetapi juga berakar kuat di Nusantara. Kita harus memperkenalkan kembali, reintroduksi identitas kita sebagai salah satu peradaban tertua, memastikan dunia memahami bahwa Indonesia adalah rumah bagi peradaban awal manusia. Salah satunya melalui seni cadas tertua yang memuat kisah perjalanan manusia sejak puluhan ribu tahun lalu," ucap Fadli.
Menurutnya, diperlukan peran aktif dari komunitas dan masyarakat lokal sebagai ujung tombak penjaga pertama situs-situs berharga ini. Sebagai bagian dari pengembangan kawasan ini, Taman Arkeologi Leang-leang dirancang menjadi pusat edukasi dan konservasi.
Berbagai fasilitas, seperti Pusat Informasi Gambar Prasejarah, berfungsi sebagai sarana pembelajaran yang interaktif dan terbuka bagi masyarakat luas, menghubungkan ilmu pengetahuan dengan pengalaman langsung. Fadli Zon menambahkan bahwa taman ini harusan menjadi destinasi wisata budaya unggulan di Indonesia, bahkan dunia.
Peresmian ini menegaskan visi besar Indonesia dalam menjaga narasi sejarah dunia, peran Nusantara sebagai titik awal evolusi dan ekspresi budaya manusia.
“Leang-leang merupakan simbol dari kebesaran peradaban Indonesia. Melalui pelestarian dan pemanfaatan yang bijak, kita jadikan warisan ini sebagai jembatan antara masa lalu dan masa depan bangsa," tutup Fadli.
Halaman Selanjutnya
Di sela peresmian dan kunjungannya ke wilayah arkeologi Leang-leang, Menteri Kebudayaan juga mendiskusikan inisiatif pelestarian warisan budaya berbasis komunitas. Dialog ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, termasuk komunitas pelestarian budaya dan akademisi, untuk memperkuat kolaborasi dalam mendukung pengakuan UNESCO terhadap kawasan Karst Maros-Pangkep sebagai Situs Warisan Dunia (World Heritage List).