Lombok, VIVA – Teka-teki kasus Agus (21) pria disabilitas di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang diduga mencabuli mahasiswi mulai terkuak. Pemilik homestay di Mataram yang menjadi lokasi Agus diduga mencabuli mahasiswi mengungkapkan fakta bahwa Agus adalah langganan di homestay tersebut.
Pemilik homestay, Shinta mengaku Agus dalam sebulan terakhir intens membawa wanita yang berbeda. Bahkan satu hari bisa sampai 2-3 wanita yang dibawa oleh Agus.
“Dia setiap hari dengan orang yang berbeda bukan satu orang, besok datang lain, besok lain. Dia sekitar satu bulan di sini, tapi intens sering sehari dua kali, bisa tiga kali dia,” katanya, Selasa, 3 Desember 2024.
Wayan Agus, pemuda disabilitas tanpa tangan jadi tersangka perkosaan
Shinta mengatakan, saat Agus dan wanita yang dibawa keluar dari kamar, kondisi wanita beragam, mulai dari ada yang menangis, panik hingga lari.
Pemilik homestay, Shinta (Satria)
Photo :
- VIVA.co.id/Satria Zulfikar (Mataram)
“Yang keluar dari kamar pertama ada yang panik, kedua ada yang nangis, ketiga ada yang lari,” ujarnya.
Shinta menegaskan, Agus sering mampir bersama wanita di homestay tersebut pada siang atau sore hari.
“Sehari itu bisa dua kali. Saya pribadi yang terima dia di sini. Kalau Sabtu-Minggu saya libur tidak kerja, dia biasanya tiba-tiba siang sore sudah ada,” kata dia.
“Hampir setiap hari dengan orang yang berbeda,” kata Shinta.
Sementara pada 7 Oktober 2024, di mana waktu kejadian Agus membawa mahasiswi, Shinta mengatakan saat itu Agus diterima oleh pegawai homestay. “Waktu pas kejadian dia sama pegawai saya yang terima,” katanya.
Sebelumnya, Agus mengatakan mahasiswi atau korbannya yang membawa Agus ke homestay tersebut.
Agus juga kukuh terhadap pendirian bahwa dia tidak melakukan pelecehan seksual dalam bentuk persetubuhan terhadap mahasiswi. Agus mengatakan korbannya yang mengajak dia ke homestay tersebut.
Kasus Agus menyita perhatian publik karena Agus telah lahir cacat dengan tidak memiliki kedua tangan sehingga banyak yang meragukan Agus mencabuli korbannya.
Halaman Selanjutnya
“Sehari itu bisa dua kali. Saya pribadi yang terima dia di sini. Kalau Sabtu-Minggu saya libur tidak kerja, dia biasanya tiba-tiba siang sore sudah ada,” kata dia.