Jakarta, VIVA – Unilever jadi salah satu perusahaan global yang merasakan dampak boikot berupa penurunan penjualan. Kondisi tersebut membuat Unilever harus memutar otak agar bisa mempertahankan gurita bisnis di tengah aksi mogok massal masyarakat dunia terhadap produknya.
Pada akhir Oktober 2024, Unilever menyatakan gerakan boikot menyebabkan masalah distribusi bisnis. Sehingga mereka berencana melakukan perubahan drastis bisnisnya di Indonesia. Unilever juga mengakui adanya penurunan penjualan pada kuartal-IV 2024 di kawasan Asia Tenggara.
Melansir Investor Trust pada Rabu 27 November 204, Unilever Indonesia (UNVR) membukukan laba bersih kuartal III-2024 anjlok sebanyak 28,15 persen dibandingkan dengan periode sama tahun lalu. Laba susut dari Rp4,18 triliun menjadi Rp3 triliun.
Penjualan bersih ikut merosot hingga 10,12 persen menjadi Rp27,4 triliun dari yang sebelumnya Rp30,5 triliun. Kemudian EBITDA tercatat terkoreksi 25,70 persen menjadi Rp4,58 triliun hingga akhir September.
Ilustrasi Tantangan Ekonomi
Photo :
- freepik.com/freepik
Lebih lanjut, Direktur Utama Unilever Indonesia Benjie Yap, menuturkan hasil kinerja tahun yang berjalan menunjukkan perusahaan sedang menavigasi situasi penuh tantangan sekaligus memahami dengan jelas langkah-langkah yang diperlukan untuk mengatasinya. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan kantor pusat produsen Dove pada akhir Oktober 2024.
Dikutip dari Channel News Asia, Analis Barclays Warren Ackerman, mengungkap bisnis grup Unilever di Indonesia telah memperlihatkan kinerja buruk selama hampir satu dekade. Hal tersebut dibenarkan oleh CEO Unilever pusat, Hein Schumacher, bahwa masalah bisnis Unilever di Indonesia sudah berlangsung lama.
Kepala Keuangan Unilever Global, Fernando Fernandez, mengatakan perusahaan akan berusaha membuat mereknya lebih kontemporer mengingat perubahan sosial yang signifikan yang sedang terjadi. Tidak lain untuk mengatasi masalah usaha di Indonesia termasuk distribusi bisnis, yang menjadi bagian rencana perombakan drastis khusus waralabanya di Indonesia.
Fernandez menyampaikan perusahaan sedang melakukan perubahan sistem distribusi guna menstabilkan harga. Langkah perbaikan Unilever diharapkan bisa melihat peningkatan dalam enam bulan ke depan.
Selain itu, Unilever Indonesia resmi menjual usaha bisnis es krim kepada PT The Magnum Ice Cream Indonesia pada tanggal 22 November 2024. Nilai transaksi divestasi mencapai Rp7 triliun yang telah mendapat restu melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB).
Pemisahan juga termasuk rencana grup Unilever untuk memisahkan unit bisnis es krim globalnya. Sehingga Unilever Indonesia bisa lebih fokus pada bisnis inti dengan harapan mampu meningkatkan nilai bagi pemegang saham.
"Kami (Unilever global) telah memulihkan sebagian kerugian saham yang kami derita akibat reaksi konsumen terkait situasi geopolitik di Timur Tengah, kami telah memulihkan sekitar seperempat dari kerugian saham," imbuh Fernandez.
Halaman Selanjutnya
Kepala Keuangan Unilever Global, Fernando Fernandez, mengatakan perusahaan akan berusaha membuat mereknya lebih kontemporer mengingat perubahan sosial yang signifikan yang sedang terjadi. Tidak lain untuk mengatasi masalah usaha di Indonesia termasuk distribusi bisnis, yang menjadi bagian rencana perombakan drastis khusus waralabanya di Indonesia.