Jakarta, VIVA – Dulu, lulus dari universitas bergengsi identik dengan jaminan karier yang cerah. Namun kini, pandangan itu mulai berubah.
Ryan Roslansky, Chief Executive Officer LinkedIn, menekankan kepada generasi muda bahwa gelar akademik tidak lagi menjadi faktor penentu utama dalam mendapatkan pekerjaan.
“Masa depan dunia kerja tidak lagi milik mereka yang memiliki gelar paling bergengsi atau kuliah di universitas terbaik, tetapi bagi mereka yang adaptif, berpikiran maju, siap belajar, dan siap memanfaatkan alat-alat ini,” kata Roslansky dalam sebuah diskusi mengenai peran kecerdasan buatan (AI) di dunia kerja, sebagaimana dikutip dari India Today, Minggu, 5 Oktober 2025.
Menurut Roslansky, perubahan ini menandai pergeseran besar dalam pasar tenaga kerja global. Gelar sarjana tetap penting, tetapi keterampilan praktis, terutama terkait AI, kini memegang bobot lebih besar.
Ia menyarankan untuk fokus pada kemampuan adaptasi dan pengetahuan. Terlebih di era transformasi AI di mana berbagai industri juga turut mengubah standar perekrutan.
"Perubahan ini benar-benar membuka lapangan bermain dengan cara yang belum pernah kita lihat sebelumnya,” kata Roslansky. Perusahaan, kini mencari kandidat yang mampu cepat menguasai keterampilan baru dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi.
Survei terbaru Microsoft menunjukkan 71% pemimpin bisnis lebih memilih kandidat dengan keterampilan AI meski pengalaman kerjanya lebih sedikit, dibanding kandidat berpengalaman tanpa kemampuan AI. Bahkan, 66% pemimpin bisnis menyatakan mereka tidak akan mempekerjakan seseorang yang sama sekali tidak memiliki keahlian AI.
![]()
Data LinkedIn menunjukkan, lowongan kerja yang menuntut literasi AI meningkat sekitar 70% hanya dalam satu tahun. Ini menjadikan pengetahuan AI bukan lagi bonus, tetapi persyaratan dasar.
Keterampilan Manusia Tetap Jadi Senjata Rahasia
Meskipun keahlian teknis penting, Roslansky menekankan untuk tidak melupakan soft skill. “Orang yang memanfaatkan AI akan menggantikan mereka yang tidak, tapi mengetahui cara berbicara dengan chatbot saja tidak cukup,” ujarnya.
Kemampuan komunikasi, empati, dan adaptasi tetap menjadi kunci untuk pertumbuhan karier. “Komponen manusia dalam semua ini, jujur saja, akan menjadi senjata rahasia sebagian besar orang. Jadi, empati, komunikasi, adaptasi, kemampuan untuk benar-benar berbicara dengan orang lain. Jangan lupakan keterampilan manusia. Itu penting untuk sukses dalam apa pun yang Anda coba capai ke depan.”
Halaman Selanjutnya
Bagi para profesional muda, pesan Roslansky yakni, jangan hanya fokus pada gelar atau reputasi akademik. Untuk menonjol di pasar kerja yang semakin digital dan berbasis AI, kemampuan untuk belajar cepat, beradaptasi dengan teknologi baru, dan menjaga keterampilan manusia tetap relevan, menjadi strategi utama.

3 weeks ago
13









