Jakarta, VIVA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menegaskan komitmennya mendorong transisi hijau melalui pendanaan dan dukungan bagi debitur. Hal terseut sejalan dengan target Indonesia menuju Net Zero Emission (NZE).
Direktur Risk Management BNI David Pirzada menjabarkan peran strategis perbankan dalam mendukung transisi hijau di Indonesia. Hal itu diungkapkan pada The 29th Conference of the Parties to the UN Framework Convention on Climate Change (COP29) di Baku, Azerbaijan.
Pada momen terseut BNI turut ambil bagian dalam sesi talkshow di Indonesia Pavilion dengan tema ‘Catalyzing Industries’ Green Transition: Banks’ Financing Strategy in Advancing Indonesia’s NZE Commitment’.
"Dengan meningkatnya isu perubahan iklim setiap tahun, sinergi antar pemangku kepentingan seperti Pemerintah, pelaku usaha, akademisi, komunitas, dan institusi keuangan sangat dibutuhkan untuk mencapai keberlanjutan di Indonesia," jelas David.
David juga memaparkan sejumlah tantangan yang masih dihadapi perusahaan Indonesia dalam menerapkan praktik berkelanjutan, seperti keterbatasan anggaran, kurangnya tenaga ahli di bidang Environmental, Social, and Governance (ESG), serta perlunya peningkatan komitmen dari manajemen dan dukungan regulasi.
"Dalam upaya mengatasi hambatan ini, BNI berperan sebagai mitra strategis yang memberikan layanan pendampingan serta pembiayaan melalui program Sustainability Linked Loans (SLL)," ujarnya.
David menyebutkan, hingga September 2024, BNI telah menyalurkan SLL sebesar Rp 5,5 triliun kepada berbagai sektor, termasuk agrifood, manufaktur semen, baja, hingga kemasan. Dana ini bertujuan untuk membantu perusahaan memperbaiki kinerja keberlanjutan mereka.
"Kami berhasil mendorong beberapa debitur meningkatkan skor ESG Sustainalytics mereka, dari severe risk menjadi high risk, serta mengurangi dampak emisi karbon," tambah David.
Salah satu Inisiatif BNI dalam pendampingan kepada debitur yakni menyelenggarakan program BNI ESG Sustainability & Transition (BEST) pada September 2024.
Melalui program tersebut, BNI mengundang 25 perusahaan energi untuk berdiskusi tentang Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) yang bekerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Kementerian ESDM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), serta International Finance Corporation (IFC).
BNI juga tercatat sebagai bank pertama di Indonesia yang menerbitkan obligasi hijau (green bond) dalam denominasi rupiah senilai Rp 5 triliun pada 2022. Obligasi ini telah berkontribusi signifikan dalam pengurangan emisi karbon sebesar 1,4 juta ton CO2eq, serta mendukung daur ulang 1,6 juta ton sampah dan perlindungan lebih dari 300 ribu hektar lahan dan menanam lebih dari 28.000 pohon.
Utusan Khusus Presiden RI COP29 Hashim S Djojohadikusumo (tiga dari kiri) bersama Wakil Menteri Lingkungan Hidup Jepang Yutaka Matsuzawa (tiga dari kiri) di Paviliun Indonesia di Baku, Azerbaijan, Selasa (12/11/2024)
"Capaian ini merupakan hasil distribusi dana ke sektor energi terbarukan, transportasi ramah lingkungan, bangunan hijau, pengelolaan limbah, serta pengelolaan sumber daya alam berkelanjutan," ungkap David.
Selain sektor korporasi, BNI juga menjangkau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dalam implementasi praktik ramah lingkungan, seperti pengelolaan limbah dan penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan.
"Komitmen kami sangat kuat untuk terus tumbuh bersama debitur dalam menciptakan masa depan berkelanjutan. Kami ingin memastikan bahwa Indonesia dapat menjadi pemain utama dalam upaya keberlanjutan global, menuju Indonesia Emas 2045," pungkas David.
Partisipasi aktif BNI dalam COP29 ini menjadi bukti kuat peran strategis bank dalam mendukung transisi hijau dan ambisi NZE Indonesia, sekaligus mempertegas komitmen keberlanjutan BNI yang terintegrasi dalam setiap lini bisnis dan kemitraan debitur.
Halaman Selanjutnya
"Kami berhasil mendorong beberapa debitur meningkatkan skor ESG Sustainalytics mereka, dari severe risk menjadi high risk, serta mengurangi dampak emisi karbon," tambah David.