Jakarta, VIVA – Hasil pemilu Amerika Serikat (AS) menimbulkan kekhawatiran imbas meningkatkan ketidakpastian di pasar, termasuk Indonesia. Analis memperkirakan pasar domestik berpotensi cuan apabila mampu meredakan aksi jual (net sell) dari investor asing.
Terpilihnya Donald Trump di masa jabatan kedua sebagai orang nomor satu di negara Paman Sam dinilai berdampak terhadap perubahan arah kebijakan pemerintah AS. Khususnya di bidang perdagangan internasional dan perpajakan atau fiskal.
Dikutip dari keterangan resmi perusahaan pada Rabu (13/11/2024), Analyst Research Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan, menyampaikan kemenangan Donald Trump dalam pilpres AS memicu terjadinya sentimen penghindaran risiko (risk-off). Kondisi tersebut menyebabkan peningkatan fluktuasi di pasar keuangan.
Darma menilai dampaknya cukup besar terhadap penentuan arah kebijakan di Indonesia. Baik kebijakan moneter maupun kebijakan pemerintah yang mencakup regulasi fiskal hingga berbagai bidang terkait perdagangan internasional.
Ilustrasi Berbelanja
Photo :
- pexels.com/Jack Sparrow
Sejumlah kebijakan Trump dianggap dapat meningkatkan tekanan inflasi. Mulai dari tarif pajak yang lebih tinggi hingga rencana deportasi besar-besaran.
Alhasil, kemungkinan mempersempit ruang gerak Federal Reserve (The Fed) untuk melonggarkan kebijakan moneternya di tahun 2025. Sehingga menjaga tingkat suku bunga tetap ketat.
“Meskipun demikian, perekonomian Indonesia menunjukkan stabilitas dan ketahanan meskipun berada dalam rezim suku bunga yang tinggi," ujar Darma.
Lebih lanjut, Darma meminta investor untuk mencermati perubahan situasi dalam waktu dekat ini. Tujuannya untuk merencanakan strategi investasi yang tepat dalam menghadapi ketidakpastian global.
Darma juga mengungkapkan daya beli masyarakat Indonesia yang masih tahan banting (resilient) menjadi salah satu kekuatan ekonomi Indonesia. Sehingga, jika arus keluar dana asing (foreign outflow) mereda, maka pasar Indonesia akan diuntungkan.
Total aksi jual bersih (net sell) investor asing dalam empat hari mencapai Rp 6,5 triliun. Nominal ini pernah dicatatkan pada kemenangan Trump pada 2016 silam.
Setelah Trump memenangkan pemilu AS, pasar modal Indonesia bereaksi negatif. IHSG mencatat penurunan signifikan selama dua hari berturut-turut, masing-masing sebesar 1,4 persen dan 1,9 persen sehingga total penurunan mencapai 3,3 persen.
IHSG juga dilanda tren koreksi selama sepekan dengan total penyusutan sebesar 7,3. Di samping itu, aliran keluar modal asing terus berlanjut selama 28 hari perdagangan yang membukukan aksi jual bersih mencapai Rp 17 triliun.
Halaman Selanjutnya
“Meskipun demikian, perekonomian Indonesia menunjukkan stabilitas dan ketahanan meskipun berada dalam rezim suku bunga yang tinggi," ujar Darma.