Jakarta, VIVA – Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, prevalensi PGK mencapai 0,38 persen dari total populasi, yang setara dengan sekitar 713.783 orang.
Selain itu, Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa 1 dari 10 orang di Indonesia mengalami penyakit ginjal, termasuk di usia muda. Scroll untuk informasi selengkapnya!
Data Indonesian Renal Registry (IRR) juga menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah pasien yang menjalani terapi hemodialisis, dari 21.759 pada tahun 2013 menjadi 52.835 pada tahun 2016.
Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal-Hipertensi di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Donnie Lumban Gaol, Sp.PD-KGH, mengungkapkan, prevalensi PGK di Indonesia saat ini semakin meningkat.
Menurut data Kementerian Kesehatan tahun 2020, prevalensi pasien PGK di Indonesia sekitar 710 ribu kasus. Jumlah ini menunjukkan bahwa penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan yang serius di Indonesia.
“Kondisi diabetes dan hipertensi menjadi salah satu faktor key-risk terbesar pada PGK, yang jika tidak ditangani dengan serius akan menyebabkan gagal ginjal. Sebaliknya, deteksi dini PGK menjadi kunci pencegahan untuk memperlambat atau menghentikan perkembangan penyakit ginjal,” ujar dokter Donnie di acara Are Your Kidneys Ok? Detect Early, Protect Kidney Health yang digelar Kalbe di Jakarta.
Deteksi dini PGK secara teratur dapat dilakukan dengan mewaspadai beberapa gejala pada tubuh. Di antaranya, penurunan jumlah urine, retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada tungkai, pergelangan kaki, atau telapak kaki, urine berbusa, sesak napas, kelelahan, kebingungan, lemas, mual, detak jantung tidak teratur, serta nyeri dada.
“Hal lain yang dapat dilakukan dalam usaha deteksi dini penyakit ginjal adalah pemeriksaan penyakit ginjal secara teratur. Selain itu, melakukan pemeriksaan kadar kreatinin, urea, natrium, kalium, dan fosfat dalam darah,” jelasnya.
Namun, apabila terdiagnosis gangguan ginjal, para pejuang penyakit gagal ginjal dapat berupaya meningkatkan kualitas hidup dengan melakukan pengobatan dan terapi yang direkomendasi dokter. Kemudian, menerapkan gaya hidup sehat dengan melakukan aktivitas fisik teratur seperti berolahraga ringan.
“Jangan lupa mengonsumsi makanan harian gizi dan nutrisi seimbang dengan memerhatikan batasan untuk makanan dan minuman. Pemenuhan nutrisi juga dapat dilakukan dengan mengonsumsi nutrisi tambahan yang memang disesuaikan untuk kebutuhan pasien ginjal dengan dialisis. Dukungan dari keluarga, teman, dan bergabung dengan komunitas atau kelompok pendukung juga penting karena dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dengan berbagi pengalaman dan dukungan,” tambah dr. Donnie.
Dokter Siswandi selaku Group Marketing Head PT Finusolprima Farma Internasional, menambahkan, mereka memiliki rangkaian produk yang dapat mendukung upaya pencegahan gangguan fungsi ginjal, yaitu Nephrisol untuk pasien gangguan fungsi ginjal pra dialisis dan Nephrisol D untuk pasien gangguan fungsi ginjal dialisis.
“Kami berkolaborasi dengan Chef Professional & Healthy Food Mayapada Hospital Jakarta Selatan, Chef Anggun David, untuk membuat menu Creamy Chicken Salad dengan campuran Nephrisol D. Pasien dialisis tidak perlu mengkhawatirkan kandungan nilai gizinya, karena sudah kami konsultasikan dengan tim ahli gizi, sehingga pasien dapat dengan aman menikmati makanan sehat dan pastinya enak,” tutur dr. Siswandi.
Halaman Selanjutnya
Deteksi dini PGK secara teratur dapat dilakukan dengan mewaspadai beberapa gejala pada tubuh. Di antaranya, penurunan jumlah urine, retensi cairan yang menyebabkan pembengkakan pada tungkai, pergelangan kaki, atau telapak kaki, urine berbusa, sesak napas, kelelahan, kebingungan, lemas, mual, detak jantung tidak teratur, serta nyeri dada.