Penasehat Danantara Ray Dalio: Hindari Dolar AS

1 day ago 5

Rabu, 30 Juli 2025 - 15:50 WIB

Jakarta, VIVA – Penasehat Danantara dan investor kawakan asal Amerika Serikat (AS), Ray Dalio, mengingatkan investor untuk menyimpan hingga 15 persen portofolio ke dalam Bitcoin dan emas, di tengah lonjakan utang nasional AS dan kekhawatiran terhadap pelemahan nilai tukar dolar AS.

Pendiri hedge fund raksasa Bridgewater Associates itu menilai bahwa kedua aset tersebut dapat memberikan rasio imbal hasil terhadap risiko yang optimal dalam kondisi fiskal saat ini.

“Jika kamu mengoptimalkan portofolio untuk rasio return-to-risk terbaik, maka sekitar 15 persen sebaiknya dialokasikan ke emas atau Bitcoin,” kata Ray Dalio, seperti dikutip dari situs Indodax, Rabu, 30 Juli 2025.

Pernyataan ini menjadi perubahan signifikan dari rekomendasi sebelumnya. Pada Januari 2022, dirinya cuma menyarankan alokasi 1–2 persen ke Bitcoin.

Rekomendasi penasehat Danantara tersebut muncul di tengah kekhawatiran terhadap utang federal AS yang kini mencapai US$36,7 triliun (Rp602,3 triliun), menurut data Departemen Keuangan AS.

Pemerintah AS juga diperkirakan harus menerbitkan hingga US$12 triliun (Rp197 triliun) surat utang baru dalam 12 bulan ke depan untuk memenuhi kebutuhan pembayaran bunga dan pengeluaran fiskal lainnya.

Dalam laporan terpisah, Departemen Keuangan AS juga menyebutkan bahwa pinjaman pemerintah pada kuartal III-2025 akan mencapai US$1 triliun (Rp16.412 triliun), meningkat drastis dari proyeksi sebelumnya akibat melemahnya arus kas dan cadangan.

“Masalahnya adalah devaluasi uang. Kondisi seperti sekarang sebagai bagian dari 'debt doom loop',” jelas Ray Dalio.

Menurutnya, Bitcoin dan emas merupakan aset keras (hard assets) yang mampu bertahan di tengah tekanan inflasi dan ketidakstabilan fiskal.

Meski demikian, ia menyatakan bahwa dirinya lebih menyukai emas ketimbang Bitcoin, namun tetap membuka ruang bagi keduanya untuk dijadikan instrumen diversifikasi.

“Saya punya sedikit Bitcoin, tapi lebih menyukai emas. Proporsinya terserah Anda,” tuturnya. Ray Dalio juga menyebut fenomena serupa tidak hanya terjadi di AS, tetapi juga di negara Barat lain seperti Inggris.

Ia pun memprediksi bahwa mata uang fiat akan terus terdepresiasi terhadap aset keras dalam beberapa tahun ke depan.

Meski mendukung Bitcoin sebagai alat diversifikasi, Ray Dalio masih meragukan kemampuannya untuk dijadikan mata uang cadangan oleh bank sentral.

Ia menyebut kurangnya privasi dan transparansi transaksi sebagai salah satu kendala utama. “Pemerintah bisa melihat siapa melakukan transaksi apa di jaringan Bitcoin,” ujar dia.

Di tengah kekhawatiran pasar terhadap utang AS dan inflasi, harga Bitcoin menunjukkan performa yang tetap kuat dalam beberapa pekan terakhir.

Berdasarkan data CoinMarketCap, Bitcoin pada Rabu hari ini, 30 Juli 2025, diperdagangkan di level US$118.627 (Rp1,9 miliar), naik sekitar 10,5 persen dalam sebulan terakhir.

Volume perdagangan harian juga melonjak menjadi US$67,3 miliar (Rp1.104 triliun), meningkat lebih dari 25 persen dibanding hari sebelumnya.

Sementara itu, harga emas juga terus menguat, mencetak rekor baru seiring meningkatnya permintaan sebagai aset safe haven di tengah tekanan fiskal global.

Halaman Selanjutnya

“Masalahnya adalah devaluasi uang. Kondisi seperti sekarang sebagai bagian dari 'debt doom loop',” jelas Ray Dalio.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |