Jakarta, VIVA – Kanker adalah salah satu penyakit katastropik yang menjadi tantangan utama di Indonesia. Berdasarkan data Global Cancer Observatory (GLOBOCAN), kasus kanker di Indonesia terus meningkat, dengan jenis yang paling umum meliputi kanker payudara, serviks, paru-paru, hati, dan kolorektal.
Sayangnya, tingginya angka kasus kanker di Tanah Air belum sepenuhnya terimbangi oleh ketersediaan fasilitas diagnostik dan pengobatan yang memadai, sehingga banyak pasien harus menghadapi keterbatasan akses terhadap layanan kesehatan yang berkualitas. Scroll lebih lanjut ya.
Namun, dalam beberapa tahun terakhir, upaya signifikan telah dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini, baik melalui inovasi teknologi, peningkatan infrastruktur, maupun kolaborasi antara sektor swasta dan pemerintah. Salah satu contoh nyata dari upaya ini adalah hadirnya fasilitas Cyclotron dan Digital PET/CT Scan Omni Legend di Mandaya Royal Hospital Puri, seperti yang telah diresmikan baru-baru ini.
Pengobatan kanker di Indonesia menghadapi berbagai kendala, antara lain:
1. Akses Terbatas ke Diagnostik dan Terapi Mutakhir
Teknologi seperti PET/CT Scan—yang menjadi standar emas dalam mendiagnosis dan melacak perkembangan kanker—masih sangat terbatas. Kurangnya fasilitas ini membuat banyak pasien harus antre hingga berbulan-bulan, atau bahkan terpaksa mencari pengobatan di luar negeri.
2. Kurangnya Kesadaran Deteksi Dini
Banyak pasien kanker di Indonesia baru memeriksakan diri ketika penyakit telah mencapai stadium lanjut, yang mengurangi peluang keberhasilan pengobatan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang pentingnya deteksi dini dan keterbatasan akses ke layanan skrining.
3. Biaya Pengobatan yang Tinggi
Meskipun BPJS Kesehatan memberikan subsidi untuk pengobatan kanker, teknologi canggih seperti PET/CT Scan atau terapi target sering kali berada di luar cakupan pembiayaan, sehingga menjadi beban berat bagi pasien.
Dengan peresmian fasilitas Cyclotron dan Digital PET/CT Scan Omni Legend di Mandaya Royal Hospital Puri, pengobatan kanker di Indonesia kini memasuki babak baru. Teknologi ini memberikan berbagai manfaat, seperti Pemindaian lebih cepat dan akurat. Digital PET/CT Scan memungkinkan deteksi kanker pada ukuran yang sangat kecil, sehingga diagnosis dapat dilakukan lebih dini. Hal ini meningkatkan peluang keberhasilan pengobatan dan mengurangi risiko misdiagnosis.
Kemudian ada Fitur 360 Panorama Experience pada Digital PET/CT Scan memberikan kenyamanan lebih bagi pasien selama pemeriksaan, sementara durasi pemindaian yang lebih singkat membantu mengurangi rasa cemas.
Cyclotron memungkinkan produksi zat pelacak atau radiofarmaka yang diperlukan untuk PET/CT Scan, sehingga Mandaya dapat mengurangi ketergantungan pada pasokan dari luar negeri.
Presiden Direktur Mandaya Hospital Group, dr. Ben Widaya, menyatakan bahwa kombinasi teknologi Cyclotron dan Digital PET/CT Scan ini dapat memberikan diagnosis yang lebih detail dan sensitif, sehingga pasien kanker di Indonesia tidak perlu lagi berobat ke luar negeri untuk mendapatkan layanan ini.
Mandaya Royal Hospital Puri
Hadirnya Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin, dalam peresmian fasilitas ini mencerminkan komitmen pemerintah untuk mendukung terobosan teknologi dalam pengobatan kanker. Menteri Kesehatan menyebutkan bahwa langkah ini dapat mengurangi antrean panjang pasien kanker yang membutuhkan pemeriksaan PET/CT Scan.
"Ini adalah langkah penting untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia dan mengurangi jumlah pasien yang harus mencari pengobatan di luar negeri," ujarnya.
Kehadiran teknologi seperti Cyclotron dan Digital PET/CT Scan di Mandaya Royal Hospital Puri tidak hanya melengkapi ekosistem pengobatan kanker, tetapi juga menunjukkan bagaimana kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan produsen teknologi seperti GE HealthCare dapat menghasilkan solusi inovatif yang menjawab kebutuhan masyarakat.
Presiden & CEO GE HealthCare ASEAN, Korea, ANZ, Amit Yadav, menegaskan pentingnya menghadirkan teknologi yang meningkatkan aksesibilitas dan keterjangkauan layanan kesehatan.
"Dengan teknologi ini, para profesional kesehatan dapat memberikan layanan diagnostik dan terapi yang lebih baik untuk pasien kanker di Indonesia," katanya.
Halaman Selanjutnya
Banyak pasien kanker di Indonesia baru memeriksakan diri ketika penyakit telah mencapai stadium lanjut, yang mengurangi peluang keberhasilan pengobatan. Hal ini disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang pentingnya deteksi dini dan keterbatasan akses ke layanan skrining.