Jakarta, VIVA – Tayangan program Xpose Uncensored di Trans7 yang menampilkan santri dengan narasi dinilai merendahkan pondok pesantren menuai kritik luas. Tayangan yang menyebut santri harus “ngesot” untuk mencium tangan kiai dan menyinggung soal kekayaan kiai itu dianggap melecehkan dunia pesantren.
Potongan video berdurasi 1 menit 13 detik yang beredar luas di media sosial memperlihatkan santri berjalan sambil duduk atau ngesot untuk mencium tangan kiai. Namun yang memicu kemarahan publik adalah narasi dalam tayangan tersebut.
“Kedua kiai yang kaya raya tapi umat yang kasih amplop. Bukan hanya santri usia anak-anak tapi bapak-bapak pun ketemu kiyainya masih ngesot untuk mencium tangan. Dan yang mencengangkan yang mencium tangan itulah yang kasih amplop. Netizen curiga nih bahwa bisa jadi inilah sebabnya kiai makin kaya raya, mobilnya mewah hingga harga miliaran sarungnya aja pun merek termahal dari harga kisaran Rp 400 ribuan sampai Rp 12 jutaan gitu deh. Satu keluarga sanak famili kecipratan duitnya padahal kalau kaya raya umatnya yang dikasih nggak sih? Tapi ya gimana ya dengan kasih amplop kepaada kiyai diharapkan bisa dapat berkah, kalau nggak ambil hikmahnya aja dah,” demikian bunyi narasi video tersebut.
Narasi itu dianggap melecehkan tradisi penghormatan santri kepada kiai dan menimbulkan kesan negatif terhadap pesantren. Banyak pihak menilai penyajian tayangan tersebut tidak proporsional dan berpotensi menimbulkan kesalahpahaman di masyarakat.
Namun di tengah kritik terhadap isi tayangan, publik justru menyoroti fakta bahwa biaya pendidikan di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, yang diduga menjadi latar tayangan tersebut, justru sangat terjangkau.
Berdasarkan data resmi dari situs lirboyo.net, total biaya hidup dan pendidikan santri di sana bahkan tidak sampai Rp2 juta per tahun.
Untuk santri baru, biaya awal meliputi pembayaran gedung santri Rp25 ribu, pangkal santri Rp10 ribu, buku tiga tokoh Rp12 ribu, dan buku tata tertib Rp1.800. Total biaya awal hanya sekitar Rp63.800 dan dibayar sekali seumur hidup.
Selain itu, biaya tahunan hanya sekitar Rp10 ribu, mencakup administrasi Rp2.500, pengembangan sarana Rp6.000, serta pendidikan dan penerangan Rp1.500. Sementara untuk keperluan organisasi seperti Jam’iyah, musyawarah, kas kamar, safari daerah, dan kegiatan sosial, total iurannya Rp186 ribu per tahun.
Halaman Selanjutnya
Adapun untuk biaya rutin bulanan, santri hanya mengeluarkan sekitar Rp57.350, sudah termasuk listrik Rp7.500, syahriyah atau SPP Rp13.000, kesehatan Rp1.500, kebersihan Rp2.250, dana pembangunan Rp25.000, hingga akomodasi dan iuran kecil lainnya.