Asia, VIVA – Bursa Asia-Pasifik menunjukkan posisi yang lebih rendah pada pembukaan pasar, Rabu, 13 November 2024. Kemerosotan sejalan anjloknya indeks acuan di bursa Amerika Serikat akibat tekanan kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.
Para pelaku pasar di kawasan Asia sedang menunggu Jepang merilis data inflasi dari sisi produsen untuk bulan Oktober 2024. Ekonom memprediksi akan ada peningkatan menjadi 3 persen yoy sementara pada bulan September hanya di level 2.8 persen.
Berdasarkan keterangan resmi yang dikutip pada Rabu, 13 November 2024, Phintraco Sekuritas menilai kenaikan angka inflasi produsen mencerminkan adanya tekanan biaya di sektor produksi yang pada akhirnya berdampak pada harga konsumen. Selain itu, pelaku pasar tengah menantikan rilis data inflasi Amerika Serikat (AS) untuk bulan Oktober yang diprediksi akan naik tipis menjadi 2.60 persen yoy dari sebelumnya di level 2.40 persen yoy pada bulan September.
Inflasi inti AS bulan Oktober yang dijadwalkan akan dirilis pada hari yang sama, yaitu Rabu, 13 November 2024. Pasar memprediksi akan tetap stabil di level 3.3 persen secara yoy. Rilis data inflasi akan menjadi perhatian utama pelaku pasar karena akan memberikan sedikit gambaran mengenai potensi kebijakan moneter The Fed AS selanjutnya.
Source : AP Photo/Alex Brandon
Dikutip dari CNBC Internasional pada Rabu, 13 November 2024, Nikkei 225 Jepang yang meliputi kontrak berjangka di Chicago dan di Osaka berada di level 39.230 dan 39.250. Posisi sebelumnya pada penutupan pasar berada di area 39.376,09.
Indeks S&P/ASX 200 Australia merosot sebanyak 1,2 persen. Indeks Hang Seng Hong Kong terkoreksi dari level 19.846,88 menjadi 19.631.
Nasib serupa juga melanda bursa AS. Nasdaq Composite dan S&P 500 kompak melemah yang sekaligus menghentikan tren kenaikan yang terjadi selama lima hari berturut-turut.
Indeks S&P 500 terkoreksi sebesar 0,29 persen dan ditutup pada level 5.983,99. Nasdaq Composite mengakhiri sesi sedikit lebih rendah di area 19.281,40.
Dow Jones Industrial Average turut mencatat penyusutan sebanyak 382,15 poin, atau 0,86 persen. Alhasil, indeks berakhir pada posisi 43.910,98 pada penutupan Wall Street.
Saham-saham berkapitalisasi kecil yang dianggap sebagai penerima manfaat potensial dari kembalinya Donald Trump sebagai presiden AS justru berada di bawah tekanan. Salah satunya saham Russell 2000 yang anjlok sekitar 1,8 persen.
Halaman Selanjutnya
Nasib serupa juga melanda bursa AS. Nasdaq Composite dan S&P 500 kompak melemah yang sekaligus menghentikan tren kenaikan yang terjadi selama lima hari berturut-turut.