Hamilton, VIVA - Sejumlah anggota Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada Rabu, 20 November 2024, mengecam veto keempat kalinya yang dilakukan Amerika Serikat (AS) terhadap resolusi gencatan senjata yang diusulkan untuk Jalur Gaza.
Utusan China, Fu Cong, mengungkapkan kekecewaannya terhadap hasil pemungutan suara tersebut dan menuduh AS menghalangi harapan rakyat Palestina "untuk bertahan hidup, mendorong mereka lebih jauh ke dalam kegelapan dan keputusasaan" melalui penggunaan hak vetonya.
“Apakah nyawa rakyat Palestina tidak berarti apa-apa?” tanya Fu retoris.
Wilayah di bagian timur dan barat Gaza Utara menyaksikan gelombang pengungsian warga Palestina pada Sabtu malam, 5 Oktober 2024, di tengah pemboman udara dan artileri intensif Israel, menurut laporan seorang wartawan Anadolu.
“Berapa banyak lagi orang yang harus mati sebelum mereka (AS) terbangun dari tidur pura-puranya?” lanjutnya.
Fu menilai bahwa veto berulang oleh AS "telah meruntuhkan otoritas Dewan Keamanan dan hukum internasional ke titik terendah sepanjang sejarah."
“Kami menyerukan kepada AS untuk mengambil tanggung jawabnya sebagai anggota tetap Dewan secara serius. AS harus berhenti bersikap pasif dan menghindar,” tegasnya.
Utusan Aljazair, Amar Bendjama, menyampaikan bahwa “pesan hari ini jelas ditujukan kepada kekuatan pendudukan Israel: ‘Anda boleh melanjutkan genosida Anda, Anda boleh melanjutkan hukuman kolektif terhadap rakyat Palestina dengan impunitas penuh.’”
VIVA Militer: Tentara Israel di Jalur Gaza, Palestina
Photo :
- timesofisrael.com
Ia mengatakan veto AS mengirimkan pesan “jelas” lainnya kepada rakyat Palestina bahwa “meskipun mayoritas dunia mendukung penderitaan Anda, ada pihak lain yang tetap tidak peduli.”
Utusan Prancis, Nicolas de Riviere, menyatakan “penyesalan mendalam” atas penggunaan veto oleh AS dan menekankan bahwa situasi di Gaza memburuk setiap hari.
“Hukum humaniter internasional sedang diinjak-injak,” ujarnya, seraya menegaskan bahwa satu-satunya respons yang tepat adalah gencatan senjata.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan tidak mengejutkan jika AS memveto resolusi tersebut.
“Selama berbulan-bulan, AS telah menghalangi dan mempersulit aksi Dewan untuk menangani situasi bencana di Gaza, berpihak pada satu pihak dalam konflik untuk mendorong kepentingan politiknya sendiri dengan mengorbankan nyawa rakyat Palestina,” katanya.
Veto tersebut disebutnya sebagai tindakan yang “tidak berperikemanusiaan.” Ia menambahkan, “Kami tidak perlu diberi ceramah oleh Amerika Serikat tentang kemunafikan. Kemunafikan adalah apa yang mereka tunjukkan setiap hari dalam berbagai konflik.”
Kepada Wakil Utusan AS, Robert Wood, Nebenzia mengatakan: “Hari ini Anda secara definitif menunjukkan bahwa Anda sepenuhnya bertanggung jawab atas kematian puluhan ribu warga sipil tak berdosa, pengungsian, penderitaan para sandera, dan penahanan ilegal warga Palestina.”
Utusan Inggris, Barbara Woodward, yang juga menjabat sebagai ketua DK PBB untuk November, menyatakan penyesalannya atas veto tersebut. “Hukum humaniter internasional harus dihormati oleh semua pihak,” ujarnya.
Utusan Guyana, Carolyn Rodrigues-Birkett, juga menyampaikan penyesalannya dan menyebut “pemusnahan rakyat Palestina adalah noda besar pada hati nurani kolektif kita sebagai umat manusia.”
Rodrigues-Birkett mengatakan bahwa peluang Dewan untuk menghapus noda tersebut “terhambat oleh veto.”
“Kelanjutan penderitaan yang sangat besar ini tidak boleh menjadi takdir rakyat Palestina,” katanya, mendesak agar konflik segera diakhiri.
Kepada para wartawan setelah sidang, Rodrigues-Birkett menyatakan bahwa 10 anggota tidak tetap Dewan “menunjukkan fleksibilitas besar untuk mencapai konsensus.”
“Kami sangat kecewa karena teks tersebut tidak diadopsi,” tambahnya, “Namun upaya kolektif kami untuk mengakhiri permusuhan ini tidak akan berhenti.” (ant)
Halaman Selanjutnya
Source : timesofisrael.com