Jakarta, VIVA – Direktur Utama PT Astra Internasional Tbk (ASII), Djony Bunarto Tjondro, mengumumkan kinerja grup pada semester pertama tahun ini mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama tahun lalu seiring dengan kondisi bisnis yang menantang.
Bisnis otomotif serta alat berat, pertambangan, konstruksi dan energi mencatat penurunan laba bersih tertinggi.
Laba bersih grup yang tidak termasuk penyesuaian nilai wajar atas investasi di GoTo dan Hermina, mencapai Rp16,0 triliun atau 4 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara jika memperhitungkan penyesuaian nilai wajar tersebut, maka laba bersih grup menurun 2 persen menjadi Rp15,5 triliun.
Meski laba bersih menyusut, perusahaan berhasil membukukan pendapatan bersih konsolidasian selama enam bulan pertama tahun ini sebesar Rp162,8 triliun, atau tumbuh 2 persen dibandingkan dengan semester pertama tahun lalu.
Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan Jasa Keuangan Grup, mencapai Rp12,7 triliun dibandingkan Rp8 triliun pada 31 Desember 2024.
"Grup memperkirakan bahwa dampak dari kondisi harga batu bara yang lebih rendah dan lemahnya pasar mobil nasional, dapat menyebabkan kinerja Grup yang relatif sama untuk sisa tahun ini," ungkap Djony.
VIVA Otomotif: Ilustrasi bursa mobil bekas
Photo :
- Dok: Carsentro Bogor
Laba bersih dari divisi Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi menurun 15 persen menjadi Rp4,9 triliun.
Lini bisnis ini dijalankan oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) yang 59,5 persen sahamnya dimiliki oleh perseroan mengalami penurunan pada jasa penambangan dan pertambangan batu bara, sebagian diimbangi oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pertambangan emas dan alat berat.
Laba bersih divisi Otomotif dan Mobilitas Grup menyusut 8 persen menjadi Rp5,25 triliun mencerminkan volume penjualan yang lebih rendah di tengah pasar otomotif nasional yang lemah.
Penjualan mobil nasional sebesar 9 persen menjadi 375 ribu unit, sementara penjualan motor turun 2 persen menjadi 3,1 juta unit hingga semester I-2025.
Sementara itu, sektor jasa keuangan mencetak lonjakan laba bersih sebesar 6 persen menjadi Rp4,37 triliun dari Rp4,11 triliun.
Keuntungan sektor agribisnis juga meningkat 40 persen menjadi Rp559 miliar, sektor infrastruktur naik 38 persen sebesar Rp636 miliar, sektor teknologi dan informasi (TI) melambung 30 persen menjadi Rp 82 miliar, dan sektor properti meningkat 17 persen menjadi Rp110 miliar.
"Kami tetap optimistis terhadap ketahanan portofolio kami yang terdiversifikasi, dan berkomitmen untuk menjaga disiplin keuangan serta keunggulan operasional, sambil terus secara seksama mencari peluang pertumbuhan jangka panjang," tegas Djony.
Halaman Selanjutnya
Lini bisnis ini dijalankan oleh PT United Tractors Tbk (UNTR) yang 59,5 persen sahamnya dimiliki oleh perseroan mengalami penurunan pada jasa penambangan dan pertambangan batu bara, sebagian diimbangi oleh peningkatan kontribusi dari bisnis pertambangan emas dan alat berat.