Duh! Minggu Pagi Ini Kualitas Udara Jakarta Terburuk Ketiga di Dunia

9 hours ago 4

Minggu, 13 Juli 2025 - 10:43 WIB

Jakarta, VIVA - Kualitas udara di Jakarta berdasarkan laporan Indeks Kualitas Udara atau Air Quality Index (AQI) di laman IQAir, pada Minggu, 13 Juli 2025 pukul 09.20 WIB, berada di angka 175.

Kondisi itu dikategorikan tidak sehat, dengan angka partikel halus (particulate matter/PM) 2.5 pollution. Bahkan, berdasarkan data di situs pemantau kualitas udara tersebut, Kualitas udara di DKI Jakarta merupakan yang terburuk ketiga di dunia pada Minggu pagi ini.

Sementara kota dengan kualitas udara terburuk di dunia adalah Kinshasa (Kongo), dengan Indeks Kualitas Udara di angka 183. Posisi kedua kemudian diikuti oleh Lahore (Pakistan), dengan indeks kualitas udara di angka 175.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta, Asep Kuswanto mengatakan, nantinya Jakarta akan meniru kota-kota besar dunia seperti Paris dan Bangkok dalam menangani polusi udara.

"Belajar dari kota lain, Bangkok memiliki 1.000 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU), Paris memiliki 400 SPKU," kata Asep dikutip dari Antara pada Minggu, 13 Juli 2025.

Polusi udara Jakarta. (Foto ilustrasi)

Photo :

  • VIVA.co.id/M Ali Wafa

Dia menambahkan, Jakarta saat ini memiliki 111 SPKU dari sebelumnya hanya 5 unit. Ke depan, Pemerintah Provinsi akan menambah jumlahnya agar bisa melakukan intervensi yang lebih cepat dan akurat.

Asep mengatakan, keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis. Penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka, agar intervensi bisa lebih efektif. 

Menurutnya, yang dibutuhkan saat ini bukan hanya intervensi sesaat, tetapi langkah-langkah berkelanjutan dan luar biasa dalam menangani pencemaran udara.

"DLH DKI Jakarta menargetkan penambahan 1.000 sensor kualitas udara berbiaya rendah (low-cost sensors) agar pemantauan lebih luas dan akurat," ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Asep mengatakan, keterbukaan data menjadi langkah penting dalam memperbaiki kualitas udara secara sistematis. Penyampaian data polusi udara harus lebih terbuka, agar intervensi bisa lebih efektif. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |