Jakarta, VIVA – Rilis data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat untuk Desember 2024 mendongkrak Harga Bitcoin (BTC) melonjak signifikan. Inflasi tahunan tercatat di angka 2,9 persen, Hal ini mendorong nilai Bitcoin melampaui US$102.000 atau setara dengan lebih dari Rp1,6 miliar.
Tren knaikan ini juga diikuti oleh aset kripto lainnya saat pengumuman CPI, seperti Ethereum (ETH) yang mencapai Rp54 juta, XRP di Rp50 ribu, SOL di Rp3,2 juta, dan XLM di Rp7 ribu. Mayoritas aset kripto lainnya turut mengalami tren kenaikan, sehingga semakin memperkuat optimisme pasar.
Merespons hal tersebut, Chief Executive Officer Indodax, Oscar Darmawan, menilai bahwa lonjakan ini mencerminkan semakin kuatnya kepercayaan investor terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai.
“Kita melihat pola yang sama: ketika inflasi mulai stabil dan kebijakan moneter cenderung melunak, Bitcoin mendapatkan momentum kenaikan. Dengan target inflasi The Fed berada di angka 2%, hampir tidak ada peluang pemotongan suku bunga di akhir bulan nanti.” ujar Oscar dikutip dari keterangannya, Jumat, 17 Januari 2025.
Oscar menjelaskan keputusan The Fed akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan Bitcoin dan aset kripto lainnya. Seba, pasar kripto sangat sensitif terhadap kebijakan moneter.
“Jika The Fed memberi sinyal akan menurunkan suku bunga, maka likuiditas akan meningkat, dan Bitcoin bisa menjadi salah satu aset yang paling diuntungkan,” jelasnya.
Selain itu, data Producer Price Index (PPI) yang akan dirilis pada 24 Januari 2025 diharapkan memberikan sinyal tambahan terkait tekanan inflasi yang mulai mereda. Oscar menilai bahwa faktor ini akan memperkuat sentimen bullish bagi Bitcoin.
Mata uang kripto seperti Bitcoin atau Ethereum.
“Investor institusional kini lebih percaya diri dalam memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio mereka. Ketika inflasi dan kebijakan moneter mulai stabil, permintaan terhadap aset kripto cenderung meningkat,” tambahnya.
Seperti diketahui, kapitalisasi pasar Bitcoin kini berada di angka US$3,7 triliun, dengan total volume perdagangan mencapai US$183 miliar. Sebagai perbandingan, pada bulan sebelumnya, CPI tercatat sebesar 2,7 persen, di mana harga Bitcoin saat itu berada di kisaran US$90.000, naik dari sebelumnya US$87.000.
Meski kenaikan CPI Desember sedikit lebih tinggi dari angka bulan lalu, hal ini tidak menunjukkan tanda-tanda inflasi yang memburuk. Sebagai catatan tambahan, CPI inti—yang tidak memperhitungkan harga makanan dan energi—hanya meningkat 0,2 persen, lebih rendah dibandingkan perkiraan awal sebesar 0,3 persen.
Data ini memberikan sinyal positif bahwa tekanan inflasi tetap terkendali. Dengan inflasi yang moderat, ada potensi bagi Federal Reserve untuk mempertimbangkan pelonggaran kebijakan suku bunga dalam beberapa bulan mendatang, yang bisa semakin mendorong sentimen positif di pasar keuangan.
Optimisme ini juga tercermin dalam Fear and Greed Index pasar kripto, yang berada di angka 75 dari 100. Angka ini menunjukkan dominasi sentimen "greed" atau optimisme yang kuat di kalangan investor. Jika tren ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan Bitcoin akan terus melanjutkan level psikologis di atas US$102.000 dalam waktu dekat.
Oscar menegaskan bahwa regulasi global juga menjadi faktor penting dalam pergerakan Bitcoin. Dengan semakin banyaknya negara yang mulai menerima Bitcoin sebagai instrumen investasi sah, dia melihat adanya peningkatan adopsi dari institusi besar.
[Chief Executive Officer (CEO) Indodax, Oscar Darmawan]
Photo :
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
“Hal ini bisa menjadi pendorong utama bagi harga Bitcoin dalam jangka panjang,” katanya.
Meski optimis, ia juga mengingatkan investor untuk tetap berhati-hati terhadap volatilitas pasar. Meski Bitcoin memiliki fundamental yang kuat, tetapi tetap harus memperhitungkan faktor eksternal seperti kebijakan ekonomi global dan pergerakan pasar tradisional.
“Saya percaya bahwa 2025 akan menjadi tahun penting bagi Bitcoin dan ekosistem crypto secara keseluruhan. Dengan kombinasi regulasi yang lebih jelas, adopsi institusional, dan momentum pasar, kita bisa melihat Bitcoin mencapai level yang lebih tinggi. Namun, seperti biasa, investor harus tetap melakukan riset mendalam dan memahami risiko yang ada,” tutup Oscar.
Halaman Selanjutnya
Source : Mint