Jakarta, VIVA – Di tengah maraknya inovasi e-commerce, startup fashion terbaru berhasil mencuri perhatian publik berkat pendekatan modern ala Gen Z. Phia, aplikasi belanja yang didirikan oleh Phoebe Gates, putri Bill Gates, bersama teman sekamarnya di Stanford, Sophia Kianni, kini menjadi sorotan.
Aplikasi ini hadir untuk mempermudah pengguna membandingkan harga produk fashion secara cepat, baik melalui ponsel maupun browser, yang perusahaan sebut sebagai “Google Flights untuk fashion.”
Sejak diluncurkan pada April 2025, Phia telah berhasil mengumpulkan sekitar 500.000 pengguna aktif. Popularitasnya semakin meningkat setelah pengumuman pendanaan seed sebesar US$8 juta atau setara Rp132,8 miliar yang berhasil dikumpulkan hanya dalam tiga setengah minggu.
Pendanaan ini dipimpin oleh Kleiner Perkins, dengan investor lain termasuk Kris Jenner dan Hailey Bieber. “Ketika kami memikirkan masa depan fashion lima tahun ke depan, semuanya akan tentang mempermudah akses ke hal-hal yang sebelumnya sulit dijangkau,” kata Phoebe Gates, seperti dikutip dari TechCrunch, Rabu, 24 September 2025.
Phia kini telah meluncurkan fitur pencarian terbaru yang mampu menelusuri lebih dari 300 juta item fashion, menurut Kianni. “Tujuannya adalah menciptakan pengalaman belanja online yang mulus, di mana pengguna dapat melihat semua barang yang sebelumnya dibeli atau dicari serta menemukan item baru yang mungkin menarik,” ujar Kianni.
Awal perjalanan Phia dimulai ketika Gates dan Kianni bertemu dua tahun lalu. Produk pertama yang mereka buat adalah ekstensi Chrome desktop untuk mencari alternatif barang bekas saat belanja online.
Namun, umpan balik pengguna menunjukkan bahwa mayoritas generasi muda berbelanja melalui ponsel, bukan desktop. “Kami memutuskan untuk menyesuaikan fokus kami,” tambah Kianni.
“Gadis yang hobi belanja dan scrolling biasanya melakukannya di ponsel; laptop lebih saat bekerja, tapi ponsel itu kunci," ungkap Gates.
Modal pertama Phia datang dari salah satu program kewirausahaan sosial di Stanford. Seiring dengan itu, Gates dan Kianni menyadari bahwa visi mereka memerlukan dukungan modal ventura.
Soma Capital kemudian menghubungi Kianni melalui LinkedIn dan memberikan salah satu cek institusional pertama. “Dari sana, mereka mengenalkan kami ke banyak orang luar biasa. Kami melakukan cold outreach sekaligus mendapatkan koneksi lain untuk membantu pengembangan,” jelas Kianni.
Pendanaan Phia menarik sejumlah investor ternama, termasuk Michael Rubin, Sara Blakely, dan Sheryl Sandberg.
Strategi marketing Phia pun khas Gen Z, mengandalkan konten organik yang dipimpin pendiri secara publik. Gates dan Kianni terbuka dengan eksperimen, meminta umpan balik langsung dari pengguna, memanfaatkan media sosial untuk merekrut talenta dan mencari desainer, serta menggunakan ChatGPT untuk kampanye viral.
Selain itu, podcast mereka The Burnouts yang juga diluncurkan pada April 2025, membantu mengarahkan perhatian ke Phia. “Podcast ini memungkinkan kami ‘open source’ dalam membangun perusahaan, berbagi tantangan dan kesalahan, sehingga menginspirasi calon pengusaha lainnya,” kata Kianni.
Gates dan Kianni berencana menggunakan pendanaan baru untuk memperluas tim, yang saat ini terdiri dari 12 orang, dengan perekrutan melalui media sosial. “Saya bahkan berharap suatu hari dapat menghadirkan agen belanja personal yang terhubung dengan kalender pengguna, memberi saran kapan membeli, menjual, atau menyimpan barang,” ungkap Gates.
Halaman Selanjutnya
Modal pertama Phia datang dari salah satu program kewirausahaan sosial di Stanford. Seiring dengan itu, Gates dan Kianni menyadari bahwa visi mereka memerlukan dukungan modal ventura.