Jakarta, VIVA – Di tengah derasnya arus digital yang sering menenggelamkan ekspresi seni di ruang-ruang kelas, semangat teater sekolah kembali menyala. Melalui kolaborasi antara Universitas Kristen Indonesia (UKI), Komunitas Puisi Esai, dan Connection Production, ajang bertajuk Festival Teater dan Monolog “Denny J.A: Dari Puisi ke Panggung” resmi digelar di Kampus UKI Cawang, Jakarta Timur.
Kegiatan ini menghadirkan energi baru bagi pelajar SMP dan SMA se-Jabodetabek, memberi ruang untuk mengekspresikan diri, berkompetisi secara sehat, dan menemukan kembali makna seni yang humanis.
Tema festival diambil dari karya-karya puisi esai Denny J.A, genre sastra khas Indonesia yang memadukan puisi, narasi, dan refleksi sosial yang kini dihidupkan kembali lewat gerak, musik, dan dialog di atas panggung.
Seni sebagai Pendidikan Karakter
Dekan Fakultas Sastra dan Bahasa UKI, Susanne A.H Sitohang menegaskan bahwa seni di dunia pendidikan bukan sekadar hiburan, tetapi sarana membangun karakter.
“Seni mengajarkan empati, keberanian, dan kemampuan berpikir kritis. Melalui panggung, siswa belajar menyampaikan gagasan dengan jujur dan berani menjadi diri sendiri,” ujarnya.
Menurutnya, di tengah tekanan akademik dan kompetisi digital yang makin kuat, teater menghadirkan ruang napas yang memanusiakan, tempat belajar tentang nilai, solidaritas, dan tanggung jawab.
Puisi yang Menjadi Hidup di Atas Panggung
Ketua Komunitas Puisi Esai Indonesia, Monica JR mengatakan, puisi esai adalah cermin kehidupan. Melalui teater, puisi bisa bersuara, bergerak, dan menyentuh penonton secara lebih dalam.
"Kami ingin anak muda menemukan keajaiban itu, bahwa kata-kata bisa menjadi nyawa, dan nyawa bisa mengubah cara kita memandang hidup," katanya.
Sementara itu, Venantius Vladimir Ivan dari Connection Production menambahkan teater adalah seni kolektif. Ia melatih empati, kedisiplinan, dan kerja sama.
"Saat para siswa berlatih, berdebat, lalu tertawa bersama di panggung, di situlah mereka belajar lebih banyak tentang kehidupan daripada sekadar memenangkan lomba. Kami ingin membangun ekosistem seni sekolah yang hidup kembali, dengan standar profesional, tetapi tetap hangat dan manusiawi," katanya.
Halaman Selanjutnya
Dalam semangat yang sama, Nita Lusaid sebagai Direktur Denny JA Foundation menyampaikan dukungan penuhnya terhadap kegiatan ini.