Kamis, 27 November 2025 - 21:28 WIB
Washington, VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dilaporkan memberikan saran kepada Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi agar berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan terkait isu Taiwan. Saran tersebut disampaikan melalui panggilan telepon di tengah meningkatnya ketegangan antara Tokyo dan Beijing.
The Wall Street Journal (WSJ) pada Rabu, 27 November 2025, melaporkan bahwa percakapan itu dilakukan setelah Takaichi pada awal November menyampaikan pernyataan yang menyiratkan bahwa serangan China terhadap Taiwan dapat memicu respons militer Jepang. Pernyataan tersebut memicu reaksi keras dari Beijing.
Menurut WSJ, saran yang diberikan Trump bersifat halus dan tidak ditujukan untuk mendesak Takaichi menarik kembali ucapannya. Trump bahkan sebelumnya memuji Takaichi atas sikap tegasnya dalam urusan pertahanan, termasuk ketika ia melakukan kunjungan ke Jepang baru-baru ini yang menunjukkan kuatnya aliansi AS–Jepang.
Perdana Menteri (PM) Jepang, Sanae Takaichi di KTT G20
Namun, pernyataan Takaichi disebut telah membuat Presiden China Xi Jinping marah. Media AS tersebut menggambarkan situasi itu sebagai “waktu yang buruk bagi Trump, yang sedang membina hubungan dengan pemimpin China tersebut.”
Seorang sumber yang mengetahui isi pembicaraan telepon tersebut mengatakan bahwa Trump menyarankan Takaichi untuk lebih melunakkan pernyataan terkait Taiwan. Sumber itu juga menambahkan bahwa Trump memahami adanya dinamika politik domestik Jepang sehingga Takaichi kemungkinan tidak dapat sepenuhnya meralat pernyataan yang dianggap memicu kemarahan China.
Artikel WSJ juga menyebut bahwa para pejabat Jepang menilai pesan Trump cukup mengkhawatirkan, karena mengindikasikan keengganan Washington melihat isu Taiwan mengacaukan upaya peredaan ketegangan yang tengah dibangun Trump dengan Xi, termasuk terkait janji peningkatan pembelian produk pertanian dari AS di tengah perang dagang.
Ketegangan diplomatik antara Jepang dan China semakin meningkat sejak Takaichi menjawab pertanyaan parlemen pada 7 November. Saat itu ia mengatakan bahwa serangan militer terhadap Taiwan dapat menimbulkan “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” bagi Jepang.
Pernyataan tersebut ditafsirkan sebagai sinyal bahwa Tokyo bisa memberikan dukungan militer kepada AS jika China melakukan blokade maritim atau bentuk tekanan lain terhadap Taiwan.
China di bawah Partai Komunis menegaskan bahwa Taiwan merupakan provinsi yang membangkang dan harus dipersatukan kembali dengan daratan, jika perlu dengan kekuatan militer.
Halaman Selanjutnya
Beijing bersikeras bahwa isu Taiwan sepenuhnya merupakan “urusan internal,” mengingat pulau itu telah diperintah secara terpisah sejak 1949 usai perang saudara.

4 weeks ago
12









