Jakarta, VIVA – Sebuah penelitian baru menemukan bahwa empat asisten kecerdasan buatan (AI) paling populer seperti ChatGPT, Copilot dari Microsoft, Gemini dari Google, dan Perplexity AI menyampaikan informasi yang menyesatkan dalam 45 persen kasus, tanpa memandang bahasa atau wilayah.
Jurnalis dari berbagai media publik, di antaranya BBC (Inggris) dan NPR (Amerika Serikat/AS), menilai tanggapan dari empat asisten AI atau chatbot yakni ChatGPT, Copilot milik Microsoft, Gemini milik Google, dan Perplexity AI.
Para jurnalis dari lembaga penyiaran publik seperti BBC dan NPR menilai jawaban dari keempat chatbot tersebut berdasarkan akurasi, sumber informasi, konteks, kemampuan menyampaikan opini secara tepat, dan kemampuan membedakan fakta dari opini.
Hasilnya, hampir separuh dari seluruh jawaban memiliki setidaknya satu masalah serius. Sebanyak 31 persen jawaban bermasalah dalam hal sumber informasi, dan 20 persen mengandung kesalahan fakta yang besar.
DW, seperti dikutip VIVA, Kamis, 23 Oktober 2025, mencatat bahwa 53 persen jawaban dari chatbot terhadap pertanyaan mereka memiliki masalah signifikan, dengan 29 persen di antaranya terkait akurasi. Salah satu kesalahan faktual yang muncul adalah ketika chatbot menyebut Olaf Scholz masih menjabat sebagai Kanselir Jerman.
Padahal, Friedrich Merz telah menggantikannya satu bulan sebelumnya. Kesalahan lain juga terjadi saat Jens Stoltenberg disebut masih menjabat sebagai Sekretaris Jenderal NATO, padahal Mark Rutte sudah resmi mengambil alih posisi itu.
Asisten AI kini semakin sering digunakan masyarakat global untuk mencari informasi. Menurut laporan Digital News Report 2025 dari Reuters Institute, 7 persen pengguna berita online mengandalkan chatbot AI, dan angkanya meningkat menjadi 15 persen di kalangan usia di bawah 25 tahun.
Para peneliti menyimpulkan bahwa chatbot AI secara sistematis mendistorsi konten berita dari berbagai jenis. “Penelitian ini menunjukkan dengan jelas bahwa kesalahan-kesalahan tersebut bukanlah kejadian yang terisolasi,” kata Jean Philip De Tender, Wakil Direktur Jenderal European Broadcasting Union (EBU), yang memimpin studi ini.
Menurutnya, masalah ini bersifat sistemik, lintas negara, dan multibahasa. Ia khawatir hal ini mengancam kepercayaan publik. Ketika masyarakat tidak tahu apa yang bisa dipercaya, pada akhirnya mereka tidak mempercayai apapun. "Itu bisa melemahkan partisipasi demokratis," jelasnya.
Halaman Selanjutnya
Ini adalah salah satu proyek penelitian terbesar dalam bidangnya, melanjutkan studi serupa yang dilakukan BBC pada Februari 2025. Studi tersebut menemukan bahwa lebih dari separuh jawaban AI yang diperiksa mengandung masalah serius, dan hampir seperlima dari jawaban yang mengutip konten BBC justru memperkenalkan kesalahan fakta baru.

1 day ago
5









